Mohon tunggu...
Rusti Nur Anggraini
Rusti Nur Anggraini Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Yogyakarta prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam Inagurasi FIB Universitas Gadjah Mada

15 Desember 2014   06:01 Diperbarui: 4 April 2017   16:28 3140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418572552785155740

Pertunjukkan dari program studi bahasa Korea

FakultasIlmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) menggelar hari kedua malam inagurasi di taman FIB pada Minggu, 14 Desember 2014. Acara yang dimulai sejak pukul 18.30 WIB ini menampilakan 11 pertunjukkan dari 11 program studi yang ada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Masing-masing program studi menampilkan satu drama dengan tema yang berbeda-beda.

Setelah sebelumnya Fakultas Ilmu Budaya menggelar malam inagurasi kemarin,Sabtu 14 Desember 2014, hari Minggu ini para mahasiswa menampilkan kembali kebolehan mereka di panggung FIB. Tepat pukul 18.30 acara dimulai, 11 jurusan segera menampilkn persembahan mereka. Di mulai dari program studi Sastra Nusantara, Sastra Perancis, Antropologi, Sastra Asia Barat, Arkeologi, Pariwisata, Sastra Indonesia, Sastra Jepang, Bahasa Korea, Sastra Inggris, dan yang terakhir Ilmu Sejarah.

Dua penampil yang terakhir yaitu program studi Sastra Inggris dan ilmu sejarah menampilkan sebuah suguhan karya yang memukau perhatian penonton. Pertunjukkan drama yang mereka sajikan cukup menghibur dan menggelar gelak tawa para penonton.

Program studi sastra Inggris menapilkan sebuah drama bertemakan Bunga di tepi Jalan. Para pemain memainkan perannya dengan apik dan rapi. Drama bertemakan Bunga di Tepi Jalan ini menggambarkan tentang sebuah puisi yang berjudul “ The Road That Not Take”, yang berarti Jalan yang Tidak diambil. Drama di mulai dengan sebuah nyanyian yang menggema di taman Fakultas Ilmu Budaya. Dengan menggunakan kostum serba hitam mereka bernyanyi dengan lantang dan memukau. Pertunjukkan sebuah balet singkat mereka tunjukkan. Liukan para penari membuat semua mata yang memandang tak ingin erpalng. Dan dimulailah drama itu. Drama yang menceritakan seorang perempuan yang berdarah-darah saat pertama kali memegang setangkai bunga mawar dan berjalan di antara taburan bunga mawar yang berserakan di sebuah jalan. Hingga datanglah seorang pria yang sudah berulang kali memegang dan menyentuh bunga mawar yang kemudian membujuknya untuk terus berusaha dan tidak menyerah. Dituntunlah si gadis oleh si pria menapaki jalan yang penuh bungan dan duri mawar. Sebuah adegan drama yang memberi kesan bahwa kita tidak boleh menyerah menghadapi dunia walaupun banyak duri yang menghalangi jalan kita.

Dan yang terakhir tampil adalah mahasiswa dari program studi Ilmu Sejarah. Seperti program studi yang mereka ambil, mereka pun menampilkan sebuah drama yang bertemakan tentang semangat penjajahan. Dengan si Sindu sebagai tokoh utamanya. Babu dari seorang kompeni yang selalu menindasnya. Sindu ingin berontak. Dia melawan majikannya yang kejam itu. Hingga perkelahian antara Sindu dan majikannya terjadi. Namun yang namanya babu hanyalah babu. Babu sangatlah tidak berarti. Akibat memukuli majikannya ia harus di penjara. Di penjara ia bertemu dengan tiga orang lainnya yang sama seperti Sindu. Sama-sama ingin melawan penjajahan kompeni. Dengan tipu daya si Inggrid si gadis yang dihamiliberhasil mengelabuhi si penjaga hingga mereka semua bisa bebeas. Mereka sama-sama berjuang ingin membakar pabrik senjata milik kompeni. Sampai titik darah penghabisan mereka tetap berjuang. Bahkan si Inggrid juga ingin ikut berjuang. Setelah hanya tersisa siSindu yang satu langkah lagi berhasil membakar gudang senjata itu, penjaga datang dan akhirnya menembak mati si sindu. Sebuah drama yang sangat bermakna. Dimana kita tidak boleh menyerah dalam berjuang sampai titik darah penghabisan.

Acara inagurasi yang didedikasikan sebagai feedback untuk Kampung Budaya ini tidak melihat siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi melihat bagaimana para mahasiswa berproses dimana setiap hari mereka latihan, berantem, dan kebersamaannya. Acara pun ditutup dengan sebuah penampilan dari band kampus dari FIB yakni Sastra on Seven yang menyanyikan beberapa lagu dari band tanah air Sheila on Seven.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun