Indonesia adalah sebuah negara kepulaun yang memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri lebih dari 30 provinsi dan ratusan kepulauan. Hutannya pun sangat banyak dan beragam jenis tumbuhan di dalamnya. Namun hutan tersebut adalah hutan di Indonesia puluhan tahun yang lalu. Hutan di Indonesia saat ini sudah semakin menipis akibat dari ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Beberapa wilayah di Indonesia saat ini sebelum musim hujan tiba kemarin sempat mengalami kekeringan.
Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia. Memiliki hutan atau wilayah pertanian yang jumlahnya sangat banyak . Pohon-pohon yang tinggi menjulang tinggi dan rindang. Puluhan tumbuhan nan hijau menghiasi setiap sudut kota Yogyakarta. Menciptakan suasana Yogyakarta yang merupakan kota yang nyaman terasa lebih nyaman oleh kesejukkannya. Kesegaran pun dapat dirasakan oleh setiap paru-paru yang menghirupnya. Hijaunya tumbuhan menyegarkan mata yang memandang.
Dataran-dataran tinggi yang ada di Yogya yang rindang membuat orang ingin mencicipinya. Rumah-rumah belum memadati provinsi DIY. Warga masih bisa merasakan segarnya udara yang bersih tanpa polusi. Pada setiap rumah-rumah yang berdiri di pedesaan masih menyisakan sebuah lahan yang ditanami beberapa tumbuhan. Baik tumbuhan yang hanya digunakan sebagai hiasan maupun tumbuhan-tumbuhan yang bisa di manfaatkan seperti sayur dan buah-buahan. Bahka rumput-rumput liar pun juga tumbuh dengan suburnya di kota Yogyakarta. Sawah-sawahnya pun terlihat hijau. Menampakkan keindahannya. Padi-padi tertanam dengan rapi. Pohon kelapanya pun melambai-lambai.
Namun itu adalah kota Yogyakarta puluhan tahun yang lalu. Sekarang ini sudah jarang pepohonan yang menghiasi setiap sudut kota Yogya. Yang menghiasi kota Yogyakarta saat ini adalah bangunan-bangunan mewah yang tumbuh menjulang tinggi mencakar langit. Mall-mall maupun hotel-hotel bertumbuh dengan pesat menyesakkan setiap sudut kota. Beberapa pemukiman pun juga telah menghiasi kota pelajar ini.
Apabila kita sudah keluar menginjakkan kaki beberapa meter saja dari rumah kita sudah merasakan cuaca yang panas, tidak lagi sejuk. Apalagi saat kita sudah menginjakkan di kota Yogyakarta sendiri yang merupakan ibu kota provinsi DIY maka kita akan merasakan kulit kita terbakan oleh paparan sinar matahari yang menyengat ketika hari sudah siang. Untuk bernapas pun rasanya dada menjadi sesak oleh polusi yang disebabkan kendaran yang lalu lalang yang tidak diimbangi dengan jumlah tumbuhan yang menghijaukan kota.
Lingkup ruang bernapas dan ruang hijau di Yogyakarta saat ini sudah semakin berkurang. Bisa dilihat dari sebuah contoh yang terjadi di kecamatan Sewon, Bantul. Beberapa tahun yang lalu ketika saya masih berada di bangku sekolah dasar, di kecamatan Sewon ini lingkungannya masih hijau dan udaranya masih terasa segar. Tumbuhan masih tumbuh rindang di setiap pekarangan rumah. Sawahnya pun masih banyak membentang luas di wilayah Sewon. Belum banyak kendaraan bermotor yang berlalu lalang.Para petani masih banyak yang menggarap sawahnya. Penduduk sebagian besar bepergian menggunakan sepeda bahkan murid-murid sekolah dasar yang rumahnya dekat dengan sekolah memilih berjalan kaki melewati sawah-sawah menuju ke sekolah termasuk saya dulu.
Pada akhir tahun 2014 ini, pemandangan tersebut sudah sangat sulit dijumpai. Perumahan-perumahan sudah hampir memenuhi kecamatan Sewon ini. Sawah yang dulunya ditumbuhi oleh padi, jagung, dan kacang, dewasa ini malah tumbuh ratusan rumah yang memakan lahan sawah. Samplenya seperti di beberapa desa di kecamatan Sewon, yaitu desa semail, Ngoto, dan Gandok. Di ketiga desa ii dulunya penuh dengan sawah. Seiring dengan perkembangan zaman, rumahlah yang semakin banyak tumbuh. Lebih dari 60% lahan sawah sudah menjadi rumah-rumah elit.
Perlu adanya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah maupun kesadaran warganya sendiri untuk melakukan penghijauan di setiap sudut desa maupun kota agar lingkup ruang hijau di desa ini tidak habis. Agar keberlangsungan hidup anak cucu kita tetap terjaga dan juga pertaniannya tidak musnah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI