Setiap orang tidak pernah meminta dilahirkan di dunia ini dengan keadaan cacat. Senua orang pasti menginginkan dilahirkan dengan kondisi yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak semua orang terlahir dengan kondisi sempurna. Ribuan bahkan jutaan penduduk di dunia ini lahir dengan berbagai macam kekurangan. Ada yang terlahirdengan kondisi tidak memiliki kaki, tidak memiliki tangan, tuna netra, tuna rungu, lumpuh, dan masih banyak cacat yang lainnya. Tuhan itu Maha Adil. Mereka yang terlahir dengan kondisi cacat tersebut diberikan kelebihan yang tidak ternilai oleh Tuhan. Kelebihan-kelebihan yang belum tentu dimiliki oleh orang-orang yang terlahir normal.
Dhomas Erika Ratnasari (19) yang akrab dipanggil dengan sebutan Kaka ini adalah seorang difafel. Dia adalah seorang tuna rungu. Anak tunggal dari pasangan Ir. Suprapto dan Utari ini kehilangan kemampuan mendengar dan berbicara saat usianya menginjak 3 tahun. Vonis bahwa dirinya seorang tuna rungu tidak membuat Kaka menyerah. Dia sangat bersemangat dan tidak pernah putus asa.Berbekal dari limpahan kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuanya serta orang-orang di sekelilingnya membuatnya terus bertahan dan pantang menyerah.Kaka adalah gadis yang pandai. Sejak kecil dia sudah suka membaca. Selain membaca dia juga gemar menggambar. Berbagai kejuaraan telah ia raih.
Gadis cantik yang genap berusia 19 tahun pada tanggal 1 September kemarin dahulunya sempat mengalami kesusahan dalam mencari sekolah formal. Namun berkatkegigihannya ia bisa mendapatkan sekolah. Berawal dari SLB N Kalibayem Yogyakarta Kaka menempuh masa Sdnya selama tiga tahun. Setelah itu ia harus pindah ke Inggris mengikuti ayahnya yang sedang menempuh studi doktoralny. Di Inggris Kaka bersekolah di Cottingley Primary School. Satu-satunya sekolah yang mau menerima keterbatasan anak-anak difabel termasuk dirinya. Selesai masa studi ayahnya, Kaka kembali memasuki SLB di Yogyakarta. Karena dia termasuk gadis yang pandai, Kaka lulus SD dengan nilai yang memuaskan sehingga ia dapat melanjutkan sekolah menengah pertamanya di sekolah formal di SMP Negeri 2 Sewon. Dilanjutkan dengan sekolah menengah pertamanya di SMA N 1 Sewon. Satu-satunya SMP dan SMA di Bantul yang menerima anak-anak difabel. Sekarang gadis cantik yang melanjutkan studinya di Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta ini telah mengumpulkan puluhan penghargaan.
Kaka mulai mengembangkan kegemarannya menggambar sejak kecl. Barulah di tahun 2006 ia mengikuti berbagai perlombaan. Awalnya memang tidak langsung menghasilkan penghargaan. Namun itulah hidup. Keberhasilan berawal dari kegagalan. Setelah berbagai perlombaan ia ikuti, Kaka mengantongi beberapa nomor juara. Adapun beberapa juara itu yakni juara 1 melukis SDLB tingkat Kabupaten Bantul (2006), juara 1 melukis SDLBtingkat provinsi DIY (2006), juara 1 lomba menggambar dalam rangka hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA). Di tahun 2007 Kaka kembali mengukir prestasi. Juara 1 lomba melukis Porsenitas dan Kreativitas siswa SDLB tingkat Kabupaten Bantul, juara 2 lomba melukis SDLB pada festival PK dan PKL tingakat provinsi DI, dan juara 2 lomba melukis antar SLB se-DIY dalam rangkaGebyar Difable Fair. Tidak hanya sampai disitu saja Kaka Berkarya. Di tahun 2010 Kaka mendapat juara 1 lomba mengarang dan bercerita dalam rangka festival, lomba dan gebyar sesi siswa PK/PKL tingkat provinsi DIY. Ia terus mengembangkan kebolehannya menggambar. Beberapa kejuaraan yang kembali ia raih antara lain juara 1 lomba poster hari kemerdekaan yang diselenggarakan oleh mahasiswa UNY (2011), juara 1 lomba lukis tingkat pelajar tingkat DIY-Jateng di Museum Puro Pakualaman Yogyakarta (2011), juara 3 lomba manag komok di SMA N 1 Teladan Yogyakarta(2011), dan juara lomba melukis sosialisasi Pancasila dalam rangka memperingati hari kesaktian Pancasila kategori SMA tingkat DIY-Jateng (2012).
Selain aktif dalam dunia menggambar dan menulis, Kaka juga atif dalam organisasi. Kaka merupakan anggota Gerkatin DIY sejak tahun 2011 dan juga anggota komunitas menggambar yogyakarta (DoodCom) sejak tahun 2013. Kaena keaktifannya dalam berorgaisani di luar sekolah ini Kaka pernah ditunjuk sebagai trainer dalam pelatihan bahasa isyarat yang diselenggarakan oleh SCOME Center For Indonesian Medical Student;s Activities (CIMSA) tahun 2012. Selain itu Kaka juga pernah menjadi pembicara dala Breaking The Silence Feat ‘ Visiting Special Friend ‘ yang diselenggarakan oleh MMSA UMY tahun 2013.
Keterbatasan bukanlah halangan bagi seseorang untuk terus berkarya. Hal itu sudah ditunjukkan oleh Kaka, seorang penyandang tuna rungu yang telah menciptakan berbagai karya. Apabila ada kemauan, kerja keras, dan pantang menyerah akan ada kesuksesa yang menanti kita. Tuhan akan memberikan kesuksesan untuk para difabel asalkan mereka tidak kenal menyerah. Dibalik kekurangan pasti tersimpan berjuta kelebihan yang tak ternilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H