Mohon tunggu...
Rustan Ibnu Abbas
Rustan Ibnu Abbas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer

Suka nulis , Trainer Sales, Cinta Islam, Pembelajar dari nilai kehidupan Silahkan kunjungi Blog saya di www.rustanibnuabbas.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cebong Kampret Masih Bertahan 5 Tahun Lagi

3 Juli 2019   06:43 Diperbarui: 3 Juli 2019   07:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya Istilah "Cebong" dan  "Kampret" sepertinya masih bertahan setidaknya 5 tahun lagi. seruan-seruan untuk menyudahi istilah ini sudah banyak mulai dari pemuka agama, tokoh masyarakat, tokoh politik sepertinya tidak berpengaruh sama sekali. Cobalah kita perhatikan di media sosial istilah ini masih sangat sering dijadikan istilah untuk memaki lawan kominasi jika terjadi perbedaan pendapat. Jujur saya tidak sreg dengan dua istilah ini untuk menyebut lawan diskusinya sebab ini tidak bagian dari panggilan-panggilan tidak terpuji yang sudah membudaya dimasyarakat.  Bahkan banyak sudah masalah secara hukum yang ditimbulkan oleh istilah-istilah ini. 

Lihat saja diawal periode kedua pemerinthan Jokowi, saling umpat khas "cebong" masih mendominasi bila terkait dengan presiden, tim sukses atau menteri-menterinya dan balasan sebutan "kampret"bagi mereka yang membela presiden Jokowi dan rezimnya. Karena ini sudah mendarah daging nampaknya masih sangat susah untuk menghentikannya sebutan-sebutan tersebut. Sepertinya kita harus "menikmati" hal tersebut sampai berganti kepemimpinan berikutnya.

Memang benar apa yang disampaikan oleh orang bijak "Dua tipe orang yang tidak bisa menerima nasehat, yang pertama adalah orang yang lagi jatuh cinta dan yang kedua adalah orang yang sudah fanatik dengan pilihan presidennya". Logika berpikir jika diikat oleh sikap fanatik buta akan menumpilkan daya nalar. Akibatnya mereka tidak bisa melihat secara obyektif pada setiap persoalan yang muncul hanyalah rasa ketidaksukaan pada pilihan orang lain. maka sebesar apa pun kebaikan yang dilakukan itu tidak berdampak mengubah statemenya menjadi lebih baik, sebaliknya seburuk apa pun yang dilakukan pada orang terlanjur disukainya, akan ada seribu dalil untuk menunjukkan kebaikannya.

Saya tidak tahu asal-usul cebong-kampret, tapi yang sudah pasti ini adalah bagian dari dukung mendukung dua jagoan pilpres Prabowo vs Jokowi yang ketika mendukung prabowo disebut "kampret" dan pendukung Jokowi disebut "cebong". Pasca terpilih kembali Jokowi untuk periode kedua tentu tidak akan menyurutkan pendukung setia prabowo mengkritisi kebijakan Presiden Jokowi beserta stafnya dan kembali lagi istilah cebong masih akan melekang untuk pendukungnya.

kenapa saya katakan masih bertahan sampai 5 tahun lagi, ya sampai rezim Jokowi berakhir 5 tahun kedepan, serta prabowo dipastikan tidak lagi mencalonkan diri sebagai presiden berikutnya dan muncul kandidat-kandidat lain yang siap berkompetisi menjadi pemimpin di negara ini. dengan catatan mereka tidak berafiliasi secara langsung dengan Jokowi dan Prabowo.

Terakhir, "cebong-kampret" sudah merupakan bagian dari sejarah yang tidak tercatat dalam perjalan bangsa Indonesia. Jangan sampai kita mewariskan ini ke anak-cucu yang tidak mendidik. Kalau saja kita bisa mengakhiri sebut-sebutan buruk ini. tentu tidak terlalu memanaskan situasi masyarakan yang masih meridukan kedamaian dan kesejahteraan. Semuanya bermula dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun