Mohon tunggu...
Rustan Ibnu Abbas
Rustan Ibnu Abbas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer

Suka nulis , Trainer Sales, Cinta Islam, Pembelajar dari nilai kehidupan Silahkan kunjungi Blog saya di www.rustanibnuabbas.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ketika Jarak dengan Kematian Hanya 10 Menit

30 Oktober 2018   13:21 Diperbarui: 30 Oktober 2018   13:31 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita memang tidak pernah tahu kapan dan dimana menjemput ajal. Dimana pun dan kapan pun dia akan mendatangi kita entah kita siap atau tidak. Tida pernah terbayangkan oleh Pak Sony Setiawan ternyata keterlambatannya datang ke bandara karena kemacetan parah di Tol Cikampek dan batal menaiki pesawat Lion Air JT 610 yang akan membawanya ke Pangkal Pinang ternyata jatuh.

Ini tentu menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa ternyata kematian itu jaraknya sangat dengan kita. Kematian yang setiap orang tidak ingin menemuinya karena kesenangan hidup di dunia ini namun toh ternyata setiap dari kita pasti akan menemuinya entah cepat atau lambat. Jaraknya begitu dekat, sedemikian dekatnya bahkan kita tidak "dia" menemani setiap saat

Banyak orang yang tidak mempercayai ada kehidupan baru setelah kehidupan dunia ini, namun mereka semua percaya akan kematian adalah keniscayaan yang akan dialami. Sebagian orang berusaha "melupakan" kematian dengan cara melakukan apa pun agar terlupa darinya. Masalahnya dia akan semakin mendekat entah sengaja dilupakan karena "dia" tidak akan pernah melupakan kita.

Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan  Bapak Sony Setiawan ketika masih diberikan kesempatan untuk hidup dan tidak ikut dalam pesawat Lion Air JT 610. Seperti yang beliau sampaikan sendiri rasa syukurnya karena tidak ikut dalam pesawat tersebut. Artinya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbanyak Ibadah dan kebaikan-kabaikan yang dilakukan lebih banyak lagi. Kita pun demikian karena sampai saat ini masih diberikan kesempatan untuk hidup maka kita memperbanyak berbuat baik dan  bernilai pahala agar kelak ketika kematian datang kita membawa banyak amalan kebaikan.

Termasuk pelajaran bagi kita bahwa kita ini kecil, lemah, terbatas dan tidak tahu apa-apa. Sehingga perasaan sombong, angkuh, suka memandang rendah orang lain karena pengetahuan dan materi tidak ada dalam diri kita. Kita semakin sadar bahwa  semua hanyalah titipan dari yang maha kuasa dan tidak sepatutnya untuk disombongkan.

Kita juga hendaknya banyak bersyukur dan tidak mudah buru-buru marah serta protes  atas apa yang terjadi dalam setiap kehidupan kita. Boleh jadi ada sesuatu yang kita tidak sukai ternyata dibelakang hari baru kita menyadari hikmah dibalik sebuah ujian. Bahkan dengan teganya mengatakan Tuhan itu tidak adil perlakuannya terhadap hambanya. Pada hal tidaklah Allah membrikan kita ujian hidup kecuali hanya untuk meningkatkan derajat kita disisiNya.

Keterlambatan 10 menit yang dialami oleh Pak Sony Setiawan boleh jadi pada awalnya disesali karena keberangkatannya harus tertunda dan harus mencari jadwal penerbangan lain. Namun keterlambatnya itu justeru disyukuri bahwa waktu 10 menit menjadi pemisah sementara dari maut yang seperti dialami oleh rekan-rekannya yang lain dalam pesawa Lion Air JT 610. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari semua perjalan hidup kita agar kita menjadi insan baik di muka bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun