Seorang pelanggan datang mengeluh katanya pelayanan sang sales tidak bagus sehingga dia tidak nyaman berbicara dengannya. Kemudian ditanyakan apa yang kurang dengan pelayanan salesnya ? Pelanggan menjawab "si salesnya tidak pernah tersenyum melayani". Saya atau siapa pun pernah mengalami hal yang sama merasa ada yang tidak sreg dengan pelayan yang malas senyum.Â
Suatu ketika seorang ibu di toko pakaian marah-marah karena karyawan di toko tersebut selalu mengikutinya tanpa berkata apa pun ke Ibu tersebut. Ibu itu merasa kenapa dia selalu diikuti, apakah karena karyawan curiga ibu tersebut akan melakukan pencurian.Â
Ternyata setelah dikonfirmasi tugas karyawan di toko pakaian tersebut memang harus menemani pembeli yang datang. Masalahnya karyawan tersebut tidak pernah menyapa apalagi tersenyum. Pandangannya seolah-olah menaruh curiga ke konsumen yang datang ke toko pakaian tersebut.
Senyum memang memiliki kekuatan tersendiri dalam membangun keakraban dan kedekatan. Apalagi yang berkaitan dengan pelayanan ke konsumen agar mereka senang dengan kita. Terkadang konsumen batal membeli produk kita hanya karena menganggap kita tidak bisa akrab dengan dengan pembeli. Hasil studi menyebutkan bahwa seyum memiliki kekuatan dalam membangun kepercayaan dengan orang lain. Â
Studi yang dilakukan oleh Scharlemann et al. (2001) menemukan bahwa senyuman dapat meningkatkan kepercayaan sebanyak 10%. Jadi bila melayani konsumen dengan tidak tersenyum akan mengurangi tingkat kepercayaan sebesar 10 persen. Hasil studi lain menyatakan bahwa akan memberikan perasaan bahagia dan meningkatkan kemampuan berpikir holistik (Johnson et al., 2010).
Dr. Aidh al-Qarni dalam buku "La Tahzan" (Jangan Bersedih) menyebutkan, "Senyuman itu adalah sesuatu yang indah, menarik hati, menyenangkan dan menggembirakan. Seseorang yang melihat orang lain sedang tersenyum akan merasa damai dan hati diliputi kesejukan." Ada sebuah ungkapan bijak, "Setiap menit kita marah atau sedih, berarti kita telah kehilangan 60 detik kebahagiaan". Pesan yang sangat menggugah untuk kita semua agar memperbayak senyum yang ikhlas kepada siapa saja, apalagi melayani calon konsumen kita.
Kenapa seseorang enggan untuk senyum?boleh jadi pada saat itu lagi menghadapi masalah yang berat seperti beban utang, sedang bertengkar atau masalah-masalah lain yang membebani hatinya. Kemungkinan yang kedua adalah dia tipe orang yang susah untuk tersenyum karena tidak terbiasa senyum dengan orang lain. kalau alasan tidak tersenyu  karena lagi bad mood maka kita katakan bahwa tersenyumlah walau hati sedang galau.Â
Psikolog perilaku Sarah Stevenson di AS juga menyebutkan, bahwa setiap kali seseorang tersenyum akan ada reaksi "bahagia dan merasa baik" dalam otak. Reaksi itu dipengaruhi dopamin, endorfin, dan juga serotonin.Â
Ssttt, endorfin merupakan salah satu hormon yang berfungsi secara alami untuk meredakan rasa sakit. Namu bila sesorang enggan senyum karena tidak terbiasa maka kita katakan bahwa latihlah untuk mudah tersenyum. Karena duania akan terasa sempit bila susah tersenyum. apa lagi menghadapi berbagai maalah hidup yang semakin berat.
Bagi seorang muslim, seyuman itu sedekah yang paling murah meriah. Disamping itu, senyuman juga termasuk sebagai ibadah. Rosululloh telah mengajarkan dalam sebuah hadist yang berbunyi, "Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah" (HR. Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi). Dalam hadist yang lain Rosululloh juga menegaskan, "Jangan meremehkan sedikit pun dari amal kebaikan, meski hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (tersenyum)" (HR. Muslim).Â
Pastikan anda tersenyum hari ini, walau masalah banyak, utang menumpuk, cicilan belum terbayar. semaunya akan indah disertai dengan senyuman. Jangan biarkan hati menjadi sempit dan perasaan semakin berat hanya karena menunda senyum.Â
Ada istilah yang mengatakan jika anda senyum maka akan berpengaruh untuk kebahagiaan selama 6 jam, namun jika anda marah akan mempengaruhi mood anda selama 12 jam. tetap semangat dan senantiasa tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H