Mohon tunggu...
Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ibu

28 Maret 2017   11:13 Diperbarui: 28 Maret 2017   11:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai ibu.

Kau adalah cerita hidupku yang selalu menjadi ratu.
Cintamu murni walau engkau rapuh.
Ibu.
Dunia tak berguna tanpamu.
Hidupku hampa tanpa kasihmu.
Hari-hariku tiada arti tanpa kau disisiku.

Oh ibu.

Kini wajah cantik nan indah tak mekar lagi.
Wajahmu merona bagai bunga mawar yang berduri.
Senyuman bahagia selalu berseri-seri.
Walau sakit tapi rintihan tak kau akui.
Harapmu kelak hanya aku bisa berbakti.

Wahai ibu.

Karenamu aku tau dunia itu indah.
Kau bagai rembulan bersinar memancar mempesona.
Sinar kasihmu menembus ruang angkasa.
Cita-citamu besar mengalahkan dunia dan isinya.
Tak berharap kembali kecuali cinta.

Wahai ibu.

Namamu harum semerbak bagai parfum kesturi.
Wanginya menembus hingga kelangit Ilahi.
Ibu kau hanya memberi tak berharap kembali.
Bagai surya menyinari bumi.
Deraian air mata membesarkanku hanya demi mimpi.
Sanggupkah aku membalas semua ini.
Hingga kelak kau terseyum manis diatas permadani.
Duduk tersimpuk penuh arti.
Lalu dikau berkata "ku tak perna berharap semua ini".
Tapi sanggupkah aku ini.

Oh ibu.

Mulianya hatimu mengalahkan kain sutra sekali pun.
Kata indah nan santun mengajarkan arti kehidupan.
Menghargai itulah sikap penuh santun.
Terimakasih ibu, kini aku sadar, kaulah pahlawan kehidupan.

Penulis : Rustam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun