Mohon tunggu...
RUSTAM HADI
RUSTAM HADI Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang ingin Selalu Belajar dan Belajar Selalu

Hobi Menulis, ada 6 buku dan beberapa artikel yang dimuat di jurnal ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-Hati dengan "Gelarmu"

5 Desember 2022   10:51 Diperbarui: 5 Desember 2022   11:22 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tokoh besar Nu'man bin Tsabit tetapi lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah. Populer dan sangat menggema dengan sebutan Imam Hanafi. Kala itu, beliau pernah bertemu dengan seorang anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang imam berkata, "Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir."

Bocah pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah. Lalu, si bocah bertanya, "Bolehkah saya tahu nama anda, Tuan?"

"Nu'man namaku,' jawab sang Imam.

"Jadi, Tuankah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom itu?" tanya si bocah.

"Bukan aku yang memberi gelar itu, masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku" jawab sang Imam merendah.

"Wahai Imam, hati - hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar..." ucap si bocah.

"Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api neraka yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya" tambah si bocah.

Seketika ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur. Menangis bersimbah air mata. Sama sekali tak menyangka ada anak kecil yang bisa memberikan nasihat sedemikian bijaknya. Imam Abu Hanifah yang mulia itu pun bersyukur kepada Allah karena bertemu dengan anak kecil yang telah memberikan peringatan.

....

Sekarang ini, sering kita jumpai dan mudah sekali kita buktikan, betapa banyak manusia tertipu karena omongan. Asalkan omongan itu keluar dari mulut orang-orang yang dikaguminya langsung pula dipercaya.

Tak ada sedikit pun keinginan untuk konfirmasi atau mencari pengetahuan pembanding guna mendapatkan informasi yang benar. Mereka sungguh telah tertipu oleh jabatan. Tertipu karena kedudukan. Tertipu karena gelar. Tertipu karena kemaqoman. Tertipu karena status sosial.

Mari kita ngaji lagi. Menimba ilmu kepada kyai dan ustadz yang menjunjung tinggi adab. Merendahkan hati agar pintu hati dan pikiran bisa terbuka sehingga pengetahuan bisa diterima. Jangan sampai kita tergelincir. Jadi angkuh dan sombong karena gelar, jabatan, status sosial, dan kebesaran di dunia.

Pepatah mengatakan...
Sepasang tangan yang menarikmu kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu tangan yg menyambutmu kala tiba di puncak kesuksesan.

Milikilah prinsip....
Undzur maa qaala walaa tandzur manqaala (Perhatikan apa yang diucapkan, jangan pernah melihat siapa yang mengucapkan). Meski keluar dari dubur ayam, ambillah jika itu telor. Namun, buanglah jauh-jauh bila itu kotoran meskipun keluar dari mulut orang yang Anda kagumi. (RHKla)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun