Mohon tunggu...
Rustam E. Simamora
Rustam E. Simamora Mohon Tunggu... lainnya -

~=*=~

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pasrah Tanpa Batas

15 September 2013   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala malam tiba. Tubuh ini akan berbaring.
Mata terpejam. Khayal pun bertengger.
Denyut jantung melambat,
Dan tak sadar lagi apa yang sedang terjadi.
Kita pun tertidur.
Tapi kita tidak tahu bahwa kita tidur.

Ketika tidur, kita pasrah tanpa batas terhadap segala sesuatu.
Raga kita, kita percayakan kepada alam dan/atau Pencipta.

Betapa,
tidur adalah salah satu karunia luar biasa.
Orang yang selalu tidur dengan nyenyak adalah orang yang berbahagia.
Sebab, kepasrahan itu pertanda segala sesuatunya tentram, sudah sesuai dengan yang seharusnya. Kepasrahan itu sebagai syukur.
Dan hati berbisik perlahan, esok adalah harapan.

Kemudian,
Kala fajar,
Biasanya akan bangun.
Bangkit.

Dan ini pun luar biasa.
Kesadaran dan akal sehat kembali menyala.
Entah dari mana ia sebelumnya.

Bagaimana pula,
ketika kita mati nanti,
daging membusuk,
tertinggal hanya tulang-belulang,
bahkan tulang-tulang itupun berserakan,
Tetapi, secara tiba-tiba, mengejutkan!
Tulang belulang itu menyatu dan kembali dilekati tubuh yang baru?

RES, 21/7/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun