Mohon tunggu...
Rustam E. Simamora
Rustam E. Simamora Mohon Tunggu... lainnya -

~=*=~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi; Jurusan Apa Iya yang Cocok Bagiku?

24 Oktober 2012   09:39 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 17371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari yang lalu, saya masuk di kelas XII IPA . Kebetulan gurunya tidak bisa hadir, jadinya saya ditugaskan untuk mengisi jam yang kosong tersebut -- Jam Pendidikan Jasmani dan Keolahragaan (Penjaskes), di luar kompetensi saya. Beberapa siswa meminta saya untuk bercerita saja, karena saya memang tak ada jam masuk di kelas ini. Mereka meminta tentang riwayat pendidikan saya. Akhirnya cerita kami merembes ke: bagaimanakah memilih jurusan di Perguruan Tinggi (PT). Kami diskusi lebih tentang topik tersebut. Sesampainya di rumah, saya merasa tidak puas dengan hal-hal yang saya sampaikan tadi. Akhirnya saya susun artikel sebagai berikut:

Jurusan Apa iya yang Cocok Bagiku?[i]

“Deep in our hearts, we all want to find and fulfill a purpose bigger than ourselves”

-- Os Guinnes --

Menjelang masa akhir kelas III SMA, saya bingung mau melanjut ke mana. Niat ingin kuliah lumayan besar. Tapi bingung mau mengambil jurusan apa. Dan ketika itu saya hanya melihat dan mengikuti beberapa peluang yang ada di depan mata. Tentunya akan bermanfaat, bahkan menjadi sumber kekuatan ketika akan melakukan persiapan, memilih jurusan dan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi apabila mendapat informasi seperti yang akan saya bagikan berikut.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan memilih jurusan di perguruan tinggi.

Apa yang akan Kulakukan dengan Hidup-ku?

Akar masalah bingungnya mengambil jurusan setelah menamatkan SMA, pertama sekali bukan karena kurang jelasnya informasitentang jurusan-jurusan apa saja yang ada di universitas atau Perguruan Tinggi (PT). (Walaupun memang hal ini berpengaruh juga. Dan nanti juga akan dipaparkan). Tapi, lebih disebabkan karena tidak ada atau tidak jelasnya tujuan hidup. Padahal, tujuan hidup inilah yang menentukan manusia macam apa kita. Tujuan hidup akan menjadi acuan untuk memilih atau mengambil keputusan setiap harinya. Sehingga hidup lebih optimal dan lebih bermakna. Tujuan hidup menjadi kompas dan sekaligus peta buat kita.

Tujuan hidup itu sendiri tidak diajarkan di sekolah padahal itu yang paling utama dalam menyikapi hidup. Jadi, bagaimanakah menemukan tujuan hidup? Bisa sangat mudah, tapi bisa juga jadi sangat sulit. Kamu sendiri yang mencari dan menemukannya lewat refleksi atau perenungan. Dan, ada kalanya tujuan hidup itu begitu gampangnya timbul. Lahir begitu saja oleh karena suatu kondisi atau kejadian. Contoh kasus. Seorang siswa melihat kondisi keluarganya. Katakanlah kurang dalam berbagai hal. Kurang dalam keuangan. Kurang dalam kecakapan hidup. Timbul di benak siswa ini untuk merubah kondisi ini. Dia menetapkan tujuan hidupnya. “Tak seharusnya kondisi ini seperti ini. Suatu saat nanti, saya harus memiliki keluarga yang terpelajar dan berkecukupan!”

Atau bisa juga cukup sederhana. Entah mengapa, dari hatimu timbul begitu saja suatu keinginan yang mendalam untuk menjadi seorang pengajar sejak kamu kecil. Kamu kemudian menetapkan tujuan hidupmu menjadi seorang pendidik. Kamu merasa terdorong untuk kelak suatu saat nanti kamu menjadi seorang guru, dosen atau seorang professor yang mengajar di program doktoral. Contoh lainnya bisa juga dengan begini: Kamu melihat kerabat, atau katakanlah dari keluargamu mengalami sakit-penyakit, kemudian kamu endapkan dalam hatimu kalau suatu saat kamu ingin bekerja dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Entahkah itu sebagai dokter, perawat, bidan ataukah penyuluh. Dengan demikian, kamu sudah menetapkan tujuan hidup-mu. Dan sebagainya.

Tujuan hidup itu adalah sesuatu yang dinamis. Perubahan adalah hal yang wajar. Kemajuan itu sendiri adalah akibat dari perubahan. Jadi, tidak ada salahnya jika suatu saat, tujuan hidup mengalami perubahan yang mendasar atau menyeluruh. It’s Ok. Yang jelas, betapa pun kaburnya, tetapkan suatu tujuan dalam hidup-mu, dan jangan ragu, apalagi takut, apabila terkesan terlalu tinggi atau muluk-muluk. “Tidak ada ‘mimpi’ yang berlebihan”, demikian kata Agnes Monica. Pemimpin besar pun lahir dari mimpi -- mimpi yang besar.

Secara sederhana, tujuan hidup itu bisa juga disebut sebagai impian. Impian yang bukan hanya sekedar menyangkut tentang suatu pekerjaan atau upah yang akan kamu terima. Tapi, memang pekerjaan dan upah akan memudahkanmu untuk menggapai cita-cita-mu.

Ketika kamu (pernah) menanyakan pertanyaan seperti ini: “Apa yang akan kulakukan dengan hidupku?”, “untuk apa atau siapakah aku hidup?”, “apa yang harus kulakukan supaya hidupku bahagia?”, sebenanrnya, pada saat itulah kamu begitu sangat dekat dengan tujuan hidup kamu. Dan pada akhirnya, jawabannya bisa sangat begitu rohani.

Who am I?

Setelah menetapkan tujuan hidupmu, kenalilah dirimu. Ada suatu SWOT diri. Strength, Weakness, Opportunity, Treatment. (kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan/ancaman). Strength dan Weakness itu berasal dari dalam diri sendiri, kemudian, Opportunity dan Treatment berasal dari luar diri kita.

Kita mulai dengan Strength dan Weakness. Strength di sini diartikan dengan kekuatan atau kelebihan. Yaitu menyangkut bakat, minat dan kemampuan. Everyone is unique. Iya, setiap orang adalah pribadi yang unik. Dengan demikian, setiap orang tentu memiliki bakat secara unik pula. Demikian minat dan kemampuan. Masing-masing kita pasti dikarunia Tuhan paling tidak satu bakat sesuai dengan kapasitas kita[ii]. Bakat bisa diidentikkan dengan kecerdasan (bawaan) yang dimiliki sejak lahir.

Menurut Gardner, kecerdasan meliputi: (1) Kecerdasan logis-matematis (siswa yang berbakat dalam matematika). (2) Kecerdasan linguistic (Siswa yang berbakat dalam tata bahasa. Biasanya suka membaca dan menulis secara alami. Mampu menyampaikan pikiran dengan jelas. Dan mampu mendengar dengan baik. Ketika mendengar suatu informasi, bisa menelaah dengan baik. Kemudian, (3) kecerdasan spasial. (siswa yang berbakat dalam gambar-menggambar). (4) Kecerdasan Musikal. Siswa yang berbakat dalam music dan menyayi). (5) Kecerdasan interpersonal. Kecerdasan dengan ciri khas, pintar bergaul. Suka mengikuti perkumpulan-perkumpulan. Memiliki rasa solidaritas atau kesetiakawanan yang tinggi. (6) Kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan dengan ciri khas perenung. Suka hal-hal rohani. Orang yang memiliki kecerdasan ini dengan kadar yang tinggi, biasanya akan begitu mudah memberikan empati. Kalau disuruh berdoa, biasanya mereka merupakan pendoa yang baik). (7) Kecerdasan naturalis. Kecerdasan dengan ciri khas suka menyatu dengan alam. Siswa yang suka menam dan merawat tanam-tanaman masuk dalam kategori ini. Begitu juga dengan siswa yang suka berpetualang. (8) Kecerdasan kinestetik. Siswa yang suka dengan olah raga.

Kedelapan kecerdasan di atas bisa saja dimiliki satu siswa sekaligus. Tapi, hanya satu yang selalu paling dominan. Bakat atau kecerdasan itulah yang menjadi Strength dan diikuti oleh minat dan kemampuan. Minat menyangkut apa yang paling kamu senang melakukannya, sedangkan kalau kemampuan menyangkut apa yang kamu paling terampil melakukannya? Hal apa yang paling baik kamu melakukannya? Biasanya minat akan mengikuti bakat. Kemudian, kemampuan akan mengikuti bakat dan minat. Tapi jangan sampai minat kamu meninggalkan bakat kamu yang paling dominan.

Setelah menemukan kekuatan kamu, kenalilah juga apa yang menjadi kelemahan kamu. Ini menyangkut hal apa yang membuat kamu bingung atau bahkan takut untuk melakukannya. Mungkin, kamu berbakat dalam tata bahasa. Misalnya bisa berkomunikasi dengan lancar dan jelas tetapi kamu kurang bisa mengikuti pelajaran matematika dengan baik. Tidak apa-apa. Mulai dari sekarang, perbaiki kelemahanmu dengan menggunakan kekuatanmu. Anggap saja topic-topik matematika itu bacaan-bacaan terbaik yang kamu perlu pelajari.Yakinlah, kamu pasti akan bisa mempelajarinya. Ciptakan atau kondisikan sikap mental positif. Jangan keburu menyerah atau takut. “Jangan takut pada pelajaran apapun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua”[iii]. Demikian kata Pramoedya.

Atau kamu memang berbakat dalam berbagai hal, tetapi memiliki kelemahan dalam hal mengingat. Solusinya bisa dengan lebih sering mengulang-ulang. Cari bacaan atau informasi untuk menanggulanginya.

Setelah menemukan kekuatan dan kelemahan, selidikilah apa yang menjadi kesempatan dan tantangan. Yang jelas, kamu memiliki kesempatan besar. Karena masih muda. Waktu adalah asset paling berharga dan tidak tergantikan. Namun, tantangan yang paling banyak mungkin menyangkut dana.

Silahkan merefleksikan diri. Tentukan apa yang menjadi strength, weakness, oppurtunity dan treatment. Fokuslah dengan Strength dan opportunity. Optimalkan Strength dan Opportunity, minimalkan weakness dan treatment. Sukses menyangkut kesiapan dan peluang. Saya sudah menyaksikan, bahwa ternyata di Perguruan Tinggi Negeri tersedia sampai belasan jenis beasiswa. Lagi kata Pramoedya, “Hidup bisa memberikan segala (sesuatu) pada barang siapa yang tahu dan pandai menerima”[iv].

Jurusan-jurusanyang ada di Perguruan Tinggi (PT)

Setelah kamu menemukan dan menetapkan tujuan hidup kamu, kemudian mengenal diri dengan lebih mendalam, survey-lah jurusan-jurusan apa saja yang ada di PT. Bacalah profil-profilnya[v]. Setelah itu tentukanlah jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan kamu.

Jangan memilih jurusan supaya kelihatan hebat, padahal bakat, minat dan kemampuan-mu tidak di situ. Pokoknya, pilihlah yang sesuai dengan bakat, dan kemampuan. Ingat bahwa tidak cukup hanya minat. Harus disertai bakat dan kemampuan. Jangan sesekali memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatmu hanya karena pengaruh teman-teman atau hanya pengen sekedar masuk. Karena bisa saja kamu masuk, namun ketika sudah masuk kuliah, merasa frustasi dan baru sadar kalau rupa-rupanya kamu sudah salah jurusan. Di samping itu, jangan pula memilih jurusan padahal kamu tidak begitu mampu. Misalnya kamu memang berbakat dalam matematika. Kemudian berminat untuk mengambil jurusan Teknik. Tapi kemampuan kamu dalam matematika belumlah memadai karena selama ini malas belajar. Sudah puas hanya ketika mampu menjawab soal-soal yang ada di buku karena mirip dengan contoh soal. Paling tidak, hal ini akan mengurangi peluang-mu untuk masuk PT, karena makin strategis suatu tujuan, semakin banyak pula peminatnya.

Pilihlah beberapa (lebih dari satu) jurusan yang sesuai dengan kepribadian-mu. Kamu senang dengan jurusan itu. Kamu bangga dan percaya diri bilang: “Jurusan ini gue banget!”. Setelah mantab dengan beberapa jurusan, katakanlah ada sampai tiga jurusan, urutkanlah berdasarkan yang kamu paling ingin. Tentukanlah di PT mana kamu akan mengambil jurusan itu. Selanjutnya, persiapkanlah dirimu dengan belajar dengan lebih sungguh dan lebih bergairah. Coba cari soal-soal seleksi masuk ke PT. Usahakan yang terbaru. Dan terkhusus untuk mata pelajaran yang sangat begitu dekat dengan jurusanmu, kuasailah mata pelajaran itu. Berikan porsi waktu yang lebih banyak pada mata pelajaran itu. Sering sekali kita tidak begitu mampu mengikuti pelajaran bukan karena kurang cukup cerdas, tapi oleh karena kurang tekun. Kurang banyak berlatih.

Tentunya perlulah minta petunjuk dari Tuhan. Silahkan doakan. Gumulkan dan yakini.

Jadi, pembahasan ini bisa diringkaskan sebagai berikut. Langkah menentukan jurusan yang cocok adalah:

1. Menentukan apakah yang menjadi tujuan hidup.

2. Menentukan apakah yang menjadi bakat paling dominan, minat dan kemampuan tanpa mengabaikan kelemahan. Juga memperhatikan peluang dan ancaman.

3. Membaca profil jurusan-jurusan yang ada di PT.

4. Memilih beberapa jurusan yang sesuai dengan tujuan hidup dan bakat.

5. Tentukanlah kamu akan mengambil jurusan itu di PT yang mana.

6. Persiapkan diri-mu dengan tekun. Silahkan berlatih dengan mengerjakan soal-soal yang variatif setiap hari. Practise makes perfect.

7. Berdoa dan yakinlah bahwa kamu bisa. Doa akan mengubah-mu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kamu adalah apa yang kamu yakini.

Setelah kamu tentukan beberapa jurusan, diskusikanlah bersama orang yang kamu anggap tahu dengan jurusan-jurusan itu. Sebaiknya, dengan orang yang memang berlatar belakang pendidikan dengan jurusan kamu tuju itu.

Apakah ketika sudah masuk PT perjuangan telah selesai? No way! Akhir suatu babak adalah permulaan babak lain. Semoga bermanfaat! (RES, 20/10/2012).

[i]Tulisan ini merupakan inti sari disertai dengan penambahan seperlunya tentang bagaimana menentukan jurusan di PT setelah menamatkan SMA pada kelas XII IPA-1, Sabtu, 20 Oktober 2012.

[ii]Cf. Matius 25: 14-30.

[iii] Toer, Pramoedya Ananta. 2005. Bumi Manusia.(Roman). Utan Kayu-Jakarta Timur: Lentera Dipantara, hal. 310.

[iv]Pramoedya, op. cit., hal. 105

[v]Tadinya, profil tentang jurusan-jurusan yang ada di PT, ada saya miliki, setelah saya cari untuk turut serta dilampirkan, ternyata tidak nampak. Di kesempatan yang lain, barangkali bisa saya usahakan. Dan sebenarnya, menyangkut profil ini, bisa kamu tanya pada orang yang kamu anggap berkompeten untuk diminta informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun