Perkembangan dunia fotografi pada milenium ke tiga ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Jika dahulu fotografi hanya dapat dinikmati segelintir kalangan saja, saat ini mungkin separuh lebih penduduk di bumi ini pernah bersentuhan dengan fotografi (minimal memotret dengan kamera handphone). - Foto ini saya ambil di sebuah spot untuk melihat matahari terbit di pegunungan bromo. Ada pepatah yang mengatakan: “Tak kenal, maka tak sayang”. Begitu juga halnya dalam fotografi. Jika kita tidak mengenal dan memahami prosesnya, maka akan sulit bagi kita untuk dapat menghasilkan gambar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengenal dan memahami proses fotografi menjadi wajib hukumnya apabila kita ingin serius untuk menekuni dunia fotografi, baik sebagai hobi maupun profesi. Fotografi (photography) adalah melukis dengan cahaya yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu, photos : Cahaya dan Grafo : Melukis. Menurut istilah, fotografi adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar berupa foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya seperti film yang ditempatkan di dalam kamera. (sejak era fotografi digital, fungsi film telah digantikan oleh sensor yang terdapat di dalam kamera). Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya (film/sensor). Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan. Alat yang digunakan dalam proses ini kemudian disebut lensa. Secara umum, lensa dibagi ke dalam tiga jenis, yakni Lensa Standar, Lensa Lebar (Wide Lens), dan Lensa Tele. Lensa Standar adalah lensa yang berjarak fokal 50mm. Lensa 50 mm memiliki jarak pandang yang kurang lebih sama seperti pandangan mata manusia. Ada juga yang menyebut lensa 50mm adalah “lensa jujur”. Lensa lebar adalah lensa yang berjarak fokal di bawah 50mm. Sedangkan lensa tele adalah lensa yang berjarak fokal di atas 50mm. Setelah cahaya melewati lensa dan difokuskan, kemudian cahaya tadi diteruskan untuk selanjutnya ditangkap oleh film/sensor. Film/Sensor di dalam kamera memiliki tingkat kepekaan terhadap cahaya yang berbeda. Pada film, tingkat kepekaan disebut ASA, sedangkan pada Sensor, tingkat kepekaan disebut ISO. Mungkin Anda masih ingat pada era kamera analog dulu ketika membeli sebuah roll film. biasanya di sana tertulis ASA 100, 200, dst. Itulah nilai kepekaan film terhadap cahaya. Semakin tinggi nilai ASA pada sebuah film, maka semakin peka film tersebut terhadap cahaya. Pada masa itu, seorang fotografer professional akan mengganti film ketika ketika mendapati situasi cahaya yang berbeda intensitasnya. Pada era kamera digital di mana fungsi dari film telah digantikan oleh sensor, kepekaannya dapat diatur melalui kamera sesuai kebutuhan kita. Jika kita memotret objek pada siang hari di luar ruangan misalnya, maka kita cukup mengatur ISO pada nilai 100 atau 200. Jika memotret di dalam ruangan (malam atau siang hari), maka kita dapat mengatur nilai ISO menjadi 400, 800, 1600, dst (sesuai dengan kebutuhan). Perlu diingat: Pada kamera digital, pemakaian ISO yang terlalu tinggi dapat menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan (terutama pada kamera saku digital). Anda dapat mencobanya sendiri dengan seting ISO yang berbeda karena tiap-tiap kamera memiliki performa High ISO yang berbeda. Proses pengambilan gambar dalam fotografi bergantung sepenuhnya kepada cahaya. Oleh karena itu kemampuan seorang fotografer di dalam melihat, memahami, dan merasakan cahaya adalah salah satu faktor harus dimiliki oleh seorang fotografer untuk menghasilkan gambar yang sesuai seperti apa yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H