Mohon tunggu...
Russell Darren Wilaysono
Russell Darren Wilaysono Mohon Tunggu... Editor - Murid

saya adalah orang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Keindahan Toleransi dalam Kepahitan Dunia

22 November 2024   21:22 Diperbarui: 22 November 2024   22:06 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak kerasa hari terakhir telah tiba. Setelah sekian lamanya, tetapi tak terasa juga waktu berlalu begitu cepat. Tas kami yang awal membawa barang diisi dengan cerita bagi keluarga dan sahabat kami balik di Jakarta. Tangisan keluar dari mata, mengingat sahabat baru kami harus berpisah. 

Mungkin suatu saat, balik lagi ke pesantren yang mengajarkan sebetapa pentingnya toleransi dalam dunia penuh kebencian, penuh kekesalan dan saling menjatuhkan, untuk bisa sekali lagi belajar menjadi warga Indonesia yang membanggakan Ibu tanah air tercinta kita.

"Every day you learn something new" Dennis Brown.

.
.

EPILOG

Toleransi, siapa tak asing dengan kata ini. Terlebih kami bangsa Indonesia sudah menerapkan hal itu tiap hari kita, atau itulah yang kamu ingin percayai. Nyatanya, toleransi antar ras, suku, terlebih agama masih ada di dunia ini, sedihnya lagi di Indonesia masih berkeliaran sekitar. 

Mengapa orang tidak mau menerima orang lain? Apakah karena rasa kebencian, atau hal lebih dalam. Mengapa orang membenci orang lain hanya karena perbedaan? Segala tindakan, pikiran, serta perkataan manusia, jika dilihat dalam bentuk paling dasarnya serta sederhananya hanya dapat dikategorikan menjadi dua, dari cinta atau dari ketakutan. 

Orang takut jika mereka tidaklah yang paling berkuasa. Orang takut apabila perbedaan itu membuat mereka tidak terhebat. Orang takut terhadap perubahan. Tetapi mengapakah kita harus takut. Perbedaan menjadi warna cat yang melukis kanvas keberagaman yang dinamakan Indonesia. 

Tidakkah kalian bosan melihat sebuah lukisan hanya dari warna biru saja atau hijau atau lainnya. Tentu akan indah, tetapi cerita yang disampaikan tidak akan sebanding dengan pelangi yang mengagumi langit sendiri. Merangkul tangan disekitar kami menjadi langkah pertama menuju dunia yang lebih harmonis.

"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Matius 22:37-39

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun