Selama beberapa tahun terakhir, AI (Artificial Intelligence) telah menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang luar biasa, salah satunya adalah perkembangan model AI generatif seperti GPT-3 dan GPT-4. Perkembangan AI memberikan beragam manfaat seperti mempercepat proses pekerjaan, meningkatkan efisiensi, serta analisis data. Namun tak bisa dipungkiri, perkembangan AI juga menimbulkan kekhawatiran akan risiko penggantian pekerja manusia menjadi AI.Â
PricewaterhouseCoopers memperkirakan bahwa pada tahun 2030, AI dapat meningkatkan PDB global hingga 14% atau sejumlah 15,7 triliun dolar. Estimasi ini menunjukkan besarnya dampak AI terhadap dunia. Kemampuan AI dalam meningkatkan efisiensi pekerjaan manusia membuka potensi perubahan yang besar.
Perbincangan mengenai kemungkinan pemanfaatan AI dan  menggantikan peran manusia menjadi topik yang cukup panas. Pertumbuhan AI yang semakin pesat, memperbesar kekhawatiran AI akan menggantikan pekerjaan manusia dalam berbagai bidang seperti jurnalisme, seni, teknologi, dan pendidikan.Â
Model AI generatif seperti ChatGPT dan Perplexity menunjukkan potensi untuk mengubah dunia pekerjaan yang terkait bidang jurnalisme, teknologi, dan pendidikan. AI memiliki kamampuan untuk menghasilkan teks dengan sangat cepat dan efisien. Hanya dengan satu input, model AI generatif seperti ChatGPT dapat menghasilkan sebuah rangkaian teks dalam waktu beberapa detik, yang diperoleh melalui ringkasan beragam sumber informasi.
Dunia seni dan desain juga tidak luput dari pengaruh AI. Model AI generatif seperti Midjourney dan Dall-E mampu menghasilkan sebuah gambar dalam waktu singkat berdasarkan input dari pengguna. Berbeda dengan AI seperti ChatGPT, penggunaan AI dalam bidang seni dan desain menimbulkan topik dikusi yang kontroversial. Dalam prosesnya, untuk menghasilkan sebuah gambar AI menggunakan informasi berupa gambar atau lukisan hasil manusia, tidak menciptakan suatu hasil karya seni yang baru. Isu terkait hal cipta dan keaslian ini juga disinggung dalam penggunaan hasil karya manusia untuk melatih AI.
Hingga saat ini, penggunaan AI terbukti dapat mempercepat dan meningkatkan efisiensi pekerjaan manusia. Keunggulan AI dalam menghasilkan sesuatu dalam hal kecepatan secara umum memicu kekhawatiran, namun jika ditelaah lebih lanjut AI juga memiliki kelemahan sehingga pada saat ini belum memungkinkan terjadinya otomatisasi sepenuhnya.
Kemampuan AI untuk mencipta sangat bergantung pada informasi berupa karya manusia, dan AI sangat bergantung pada informasi yang digunakan untuk melatihnya. Hal ini tidak membebaskan AI dari misinformasi dan bias. Validitas data menjadi kelemahan utama AI Â yang memberikan ruang untuk pekerjaan manusia.Â
Di Indonesia, misinformasi dan hoaks merupakan masalah besar, dan AI sudah pernah disalahgunakan dalam menciptakan sebuah hoaks. Misalkan kasus video Presiden Joko Widodo yang berbicara dalam bahasa mandarin, dimana pada kenyataannya, beliau tidak pernah berbicara bahasa mandarin dalam pidatonya. Padahal validitas data menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam jurnalisme dan pendidikan. Penggunaan AI tanpa memilah informasi berdasarkan validitasnya dapat mengakibatkan penyebaran hoaks dan menimbulkan potensi kegaduhan dalam masyarakat.
Kelemahan AI yang berikutnya adalah terkait dengan kreativitas dan inovasi. Meskipun dapat menghasilkan teks dan gambar, AI tidak dapat meniru kemampuan manusia untuk berkreasi. Kreativitas manusia melibatkan kemampuan untuk berpikir, bereskpresi dan berimajinasi, serta menciptakan sesuatu di luar batas-batas yang telah ada. Ini merupakan sesuatu yang belum dapat ditiru oleh AI, yang bekerja menggunakan data dan pola yang telah ada. Dengan demikian, bidang seni dan teknologi yang erat kaitannya dengan kreativitas dan inovasi pada saat ini belum dapat digantikan oleh AI.
Dengan demikian, dengan keterbatasan yang dimiliki, hingga saat ini AI belum bisa sepenuhnya menggantikan manusia. Pekerjaan manusia yang membutuhkan kreativitas, inovasi, dan interaksi sosial belum dapat digantikan oleh AI.Â