Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rusman: Wayang, Pergulatan Setyaki dan Burisrawa (8)

13 Maret 2019   07:39 Diperbarui: 19 Maret 2019   16:32 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raden Burisrawa, Putra Mandaraka

Tak seberapa lama satriya dari Astina itulah yang kemudian memulai menyerang.

Tombaknya berputar-putar mencari kesempatan untuk mematuk lawannya. Demikian cepatnya, seolah-olah Burisrawa memegang puluhan tombak. 

Beberapa kali Setyaki dibuat terkejut terutama jika tombak itu kebetulan meluncur menyerang dari arah yang belum dapat ia duga. 

Bahkan kadang-kadang senjata Burisrawa itu tiba-tiba saja sudah mendekati kulitnya tanpa dapat diperhitungkan arahnya.

Sehingga semakin sengit mereka bertempur, tombak itu menjadi semakin membingungkan. 

Seolah-olah telah berubah menjadi senjata yang tidak terhitung jumlahnya.

Namun bukan sang Bima Kunthing namanya kalau mudah menyerah pada kesulitan. 

Orang muda yang menjadi senopati sekaligus adik ipar Raja Dwarawati ini telah ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan, termasuk keprigelan olah senjata Gada dan Cemeti yang dilambari dengan kekuatan penuh. 

Melalui pengamatannya yang tajam Setyaki segera memahami kehebatan permainan senjata lawannya. 

Rupanya gerakan tangan kanan dan kiri yang saling melempar dan menerima dengan kecepatan yang sangat tinggi adalah merupakan rahasianya.

Pantas sejak tadi tombak ini hanya berputar-putar tanpa menyerang secara sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun