"Aduh bapaaak.., jangan pergi bapaak!"Â
Jeritan buto bajang yang keras melengking yang sebenarnya hanyalah hasil lamunan Prabu Salya tentang masa lalu, ternyata justru mengagetkan dirinya sendiri.
"Oohh..! Setengah gragaban Raja Mandaraka itu mengakhiri lamunannya.
"Ma'afkan aku rama begawan. Ya, ya aku percaya, aku yakin rama masih mengawasiku. Rama begawan masih mendampingi dinda ratu Setyowati." (nama lain Pujowati).
"Dan akupun masih setia mencintainya ramaa... ampunkan aku !" Prabu Salya masih dremimil dengan tubuh yang gemetar dan penuh keringat.Â
Hingga iapun tak sadar bahwa seorang emban sejak tadi telah mengamatinya.Â
Dengan gugupnya wanita itu menghaturkan secangkir wedang jahe sambil berkata:
"Oh, apakah sinuwun sedang sakit? Apakah harus hamba kabarkan pada kanjeng ratu, gusti?"
Terkejut raja Mandaraka itu melihat orang lain tiba-tiba sudah berada tak jauh darinya.
"Oh, tentu saja jangan emban. Sudahlah kau letakkan saja minuman itu di meja. Sudah, ya ya di situ saja. Terimakasih dan ingat jangan berkata apa-apa pada ratu gustimu."
"Be..baik gusti, hamba mohon diri," pamit si emban seraya menunduk hormat.