Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rusman: Wayang "Serat Darmasarana, Baladewa Gugur"

23 Juni 2018   09:33 Diperbarui: 9 Maret 2019   03:53 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: RUS RUSMAN

Serat Darmasarana atau Serat Pustakaraja Purwa ciptaan R. Ng. Ronggowarsito, yang disimpulkan menurut kesimpulan para sastrawan  masa kini terutama bertujuan untuk melengkapi kisah pasca Generasi Pandhawa setelah mukswa. Kisah pasca Pandhawa memang dirasakan sangat kurang dibahas oleh para pujangga tempoe doeloe sehingga banyak melahirkan misteri bagi para pencinta wayang.

Dalam serat ini menampilkan sekitar 435 tokoh yang dikemukakan secara cukup terperinci. Khususnya tentang kematian tokoh Baladewa ternyata terdapat perbedaan yang sangat menyolok jika diperbandingkan dengan penampilan mereka dalam Mahabharata khususnya pada Adiparwa, Mosalaparwa dan Prasthanikaparwa.

Dalam Serat Darmasarana telah digambaran bahwa pada waktu itu Bagawan Baladewa sudah berusia sangat lanjut, tetapi masih memiliki berbagai macam kesaktian. Di samping itu sang begawan Baladewa juga menunjukkan sosok yang masih sangat bertanggungjawab serta merelakan diri untuk berkorban demi kepentingan negaranya, yaitu negara  Astinapura. Tanggungjawab itu ditunjukkan saat kerajaan Astinapura diserbu Niradhakawaca dari Ima-imantaka. Baladewa saat itu ikut menahan serangan musuh.

Dengan senjata sakti Nanggala, segala kesaktian Niradhakawaca dapat dipunahkan. Niradhakawaca kemudian dengan liciknya di guru9 memperdaya Baladewa dengan menyamar sebagai Arya Dyastara untuk meminjam Nanggala dengan dalih untuk mengusir musuh. Karena belas kasihnya kepada Arya Dyastara (cucunya), senjata Nanggala miliknya diberikan. Setelah Baladewa menyadari kelengahannya bahwa dirinya diperdaya musuhnya, ia berupaya merebutnya kembali.

Niradhakawaca kemudian mencipta angin ribut bercampur kabut. baladewa yang sudah berusia lanjut itu tidak tahan, tubuhnya menggigil kedinginan dan akhirnya gugur dan moksa. Peristiwa ini menimbulkan huru-hara, guruh bergemuruh, halilintar meledak menyambar-nyambar. dari langit para dewa menghujaninya dengan bunga harum menyebar wangi. Peristiwa gugurnyza Baladewa serta sambutan dan penghormatan para dewa yang luar biasa di atas sekaligus menunjukkan pula ketinggian kedudukan serta keutamaan Baladewa.

Tokoh yang satu ini memang semasa hidupnya dikenal memiliki watak yang amat keras, lugu dan jujur. Bahkan karena keluguannya seringkali bisa dimanfaatkan oleh orang-orang jahat. Baladewa dikenal sebagai raja yang sangat  menyayangi istri dan anak-anaknya.***

Keterangan: Penulis adalah praktisi pendidikan tinggal di kota Tuban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun