Setelah melewati semester demi semester akhirnya bisa sampai di pertengahan perjalanan pendidikanku pada tingkat diploma tiga di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia Timur (Univ.Hasanuddin,red). Kuliah tanpa kekasih rasanya hambar bak sayur tanpa garam..Hiks...akan tetapi penyelesaian akademik yang paling utama. Tidak terasa kala itu kuliahku sudah menginjak semester empat alias masuk akhir tahun keduaku di bangku kuliah, persentasi akademikmu tidak buruk namun tidak pula sebaik anak-anak bureng (pintar) kawan sekampus, semua berjalan normal tanpa kendala yang berarti. Begitupun perjalanan asmaraku, maaf perjalanan asmaraku sedikit menyakitkan karena harus bongkar pasang, rasanya ngga usah dielaskan jumlahnya, namun saya hanya memberi gambaran bahwa mereka semua yang pernah ada dalam perjalanan asamaraku dari suku dan karakter yang berbeda-beda. Semua kujani tanpa tumpang tindih, semua teratur seperti sudah ada yang mengatur, kalau istilahnya sih gonta ganti.hehehe Akhirnya hatiku terketuk, keyakinanku timbul. Sosok lelaki dengan penampilan pas-pasan, kumal, rambut yang tergerai dengan potongan sepundak. Kalau wajah ngga usah dipikirkan lagi, tentunya dengan wajah yang selalu kusut dan cemberut. Hobinya sedikit mengesankan, mungkin hal itulah yang membuat penampilannya cuek, ia aktifis jalanan yang sesekali naik gunung dan panjat tebing, alias penggiat alam terbuka. Saya pribadi sangat simpatik pada sosoknya diantara segala hati yang pernah adaku, walaupun ia kadang menjadi bahan perbincangan dan ejekan kawan-kawanku. Hal yang paling menarik pada sosok lelaki yang kelihatan jarang mandi tersebut menurutku adalah kemisteriusannya dalam segala hal. Akhirnya kuberanikan diriku untuk menggali secara dalam dan mencari tahu apakah yang terpendam dalam sosok lelaki itu. Setelah waktu berjalan, dalam penggalian dan pencarianku akhirnya aku menemukan sosok beda dari dirinya, ia sangat bersahabat. Pendapatnya sama terhadapku, ia memandangku seperti wanita misterius juga, saya sih sedikit bertanya dan menganggap itu hanyalah gombal-gambil kebanyakan lelaki. Babak baru telah dimulai, berawal dari kabar melalui sahabatku yang sering ku sapa Adil kawan-kawannya sering memanggil namanya dengan sebutan Andile. Sahabatku ini juga merupakan kawan sosok pria kumal yang tadi aku ceritakan. Adil sahabatku berujar Si ...X sebut saja namanya begitu, mengirimkan "salamnya" untukku. Aku sedikit kaget dan bertanya kenapa tidak disampaikan secara langsung, mengapa harus melalui kawanku gerutuku. Kesimpulan sementaraku bahwa akh....Pria yang tidak jantan menurutku, masa harus kirim salam melalui kawanku itupun dalam keadaan setengah sadar alias mabuk. Aku tahu kawanku dan Si..X adalah sering bersama dalam meminum minuman keras (mabuk bersama). Saya tetap membalas ucapan kawanku dengan kurang keyakinan, sambil terbahak-bahak kuacapkan salam kembali, namun muncul dalam benakku apakah iya saya harus berhubungan dengan pria pemabuk? lama kupertimbangkan akhirnya saya beranikan diri untuk mecoba..hehehe Status akhirnya berubah menjadi status pacaran, ceile....namun dia harus PDKT-(PenDeKaTan) dulu walaupun sudah berstatus pacaran. Ada yang menarik dengan caranya PDKT, seperti harus mambuk dulu, mungkin lelaki itu sedikit kurang PD (Percaya Diri) pikirku. Dia pendiam dan selalu memberikan senyum simpulnya kepadaku. Seiring berjalannya waktu, hampir seluruh kebiasannya aku ketahui tanpa sengaja. Ia masih sering mabuk-mabukan dan masih acuh dengan pendidikannya. Terbesik dalam pikiran dan hatiku untuk merubahnya menjadi baik. Saya optimis saya bisa merubah kebiasaan buruknya dalam hal mabuk-mabukan, saya juga yakin diriku bisa menjadi motivasi dalam menggapai cita-citanya, sedikit GR namun itulah misiku bersamanya. Sebenarnya waktu itu ada hati yang lebih dari Si..X, diapun lagi PDKT kepadaku, aku tahu namun perasaan itu tersingkirkan karena komitmen yang telah terbangun dalam hatiku. Misi untuk merubahnya dan memotivasinya belum selesai mengapa harus nyari yang lain pikirku. Mungkin waktu bersamanya sudah masuk bulan kelima, jarang bersamanya karena aku sibuk menyelesaikan kewajiban akademikku, waktu itu kuliah kerja praktek di Surabaya selama tiga bulan. Suatu hari saya bersamanya disebuh kamar kos (kamar kosnya), ukurannya terbilang sempit hanya 2 kali 3 m, dia menyatakan cinta dan perasaannya lagi secara langsung karena selama ini hanya melalu telpon kalau istilah krennya cinta jarak jauh.hiks... Sedikit kaget dan tidak meduga dia akan melakukan itu. Dia melakukannya dengan caranya sendiri menurutku...lalu dipeluknya aku sambil berkata "sayang"...hal ini sangat aneh. Selama ini, kata sayang tidak pernah sedikitpun terucap dari bibirnya walaupun melalui telepon. Lama kelamaan di dalam kamarnya, dia berani menyentuh pipiku dengan bibirnya, ya mau di apalagi..hehehe, terlanjur menurutku, namun saya tetap komit dengan misiku untuk merubahnya....., Next Section....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H