Mohon tunggu...
Rusman Hakim
Rusman Hakim Mohon Tunggu... -

Entrepreneurship Consultant

Selanjutnya

Tutup

Money

Contoh Kecil Tapi Nyata Tentang MOG

4 September 2014   19:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Contoh Kecil Tapi Nyata Tentang MOG
-----------------------------------------------------
Kamis, 4 September 2014 -- Kita sudah membaca kisah bagaimana Bill Gates dan Conrad Hilton memperoleh Momentum Tuhan yang dengan itu mereka bisa sukses besar. Kisah-kisah tokoh dunia memang sangat menginspirasi. Namun demikian, ada kesan mengawang-awang di benak kita. Kenapa? Karena tokoh-tokoh tersebut berada nun jauh di sana, di suatu tempat yang kita sulit mengakses untuk berjumpa atau bicara dengan mereka. Sehingga, meski itu semua memang kisah nyata, toh masih terasa seperti dongeng saja. Betul kan?

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan sebuah kisah yang lebih nyata dan kita punya akses kepada para pelakunya. Kisah ini terkait dengan MOG (Moment Of God), yang dialami oleh salah seorang anak angkat saya, dan saya pun terlibat langsung di dalamnya. Begini kisahnya.

Pada suatu hari yang panas di kantor saya di bilangan Sunter, Jakarta Utara, telpon genggam saya tiba-tiba berdering. Ketika saya angkat, terdengar suara seseorang di ujung sana: “Halo, selamat siang. Bisa bicara dengan Pak Rusman Hakim?” -- “Ya, saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?” jawab saya.

Ternyata sang penelpon itu seorang pemuda yang masih sangat belia, baru lulus SMA. Namanya AW (inisial nama sebenarnya), datang dari sebuah desa terpencil dekat kota Sragen, di perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur. Saat itu rupanya ia menelpon dari teras Masjid Istiqlal Jakarta, di mana sudah 2 malam ia menginap di situ.

Anak ini menyatakan ingin sekali ketemu saya. Maka, saya persilahkan ia datang ke kantor siang itu juga. Dalam waktu sekitar 2 jam, dia pun muncul. Penampilannya polos dan sederhana, badannya berkeringat karena kepanasan di atas kendaraan umum. Setelah memperkenalkan diri, ia bercerita: “Saya berangkat dari Sragen sendirian. Tanpa memberi tau orang tua, dengan niat bertemu dengan salah satu dari tiga orang, Pak”. – “Loh, siapa tiga orang itu? Dan untuk apa kamu mau bertemu mereka?” tanya saya heran.

“Saya ingin belajar, biar bisa sukses Pak. Ketiga orang itu, yang pertama adalah Bapak Tung Desem Waringin. Yang kedua, Bapak Purdie E. Chandra dan yang ke tiga, ya Bapak Rusman ini..”, kata AW sambil tertawa malu-malu lalu menunjuk dengan ibu jarinya ke arah saya. “Dari ketiga orang itu, yang mau mengangkat telpon dari saya, cuma pak Rusman..”, sambung anak Sragen ini.

Saya jadi geli melihat gerak-gerik si AW yang masih polos, lalu saya katakan: “Bapak-bapak itu kan orang sibuk semua. Kalau saya sih tidak sibuk, makanya saya angkat telponmu. Terus, kamu sendiri bisa apa, yang kira-kira bisa jadi andalan biar bisa sukses?”

“Saya bisa membuat website, Pak”, kata AW bersemangat. Mendengar ini, saya langsung menimpali: “Wah, kebetulan! Saya memang sedang butuh web. Ya sudah, kamu ikut saya saja, ya..”. Maka, mulai hari itu, AW saya “boyong” dari Masjid Istiqlal, dan saya sewakan kamar kost tidak jauh dari kediaman saya di Cibubur. Setiap hari, dia saya ajak “ngantor” bersama-sama di Sunter, lalu saya suruh untuk berkreasi sendiri merancang “sesuatu” guna merintis bisnis masa depannya.

Saya tidak ingin mengajarinya macam-macam. Karena saya lihat AW anak cerdas, maka saya bebaskan dia berimprovisasi, apa pun sesuka dia. Dan benar saja, tidak sampai satu tahun ia telah berhasil membuat sebuah sistem berbasis “on-line” yang kemudian ternyata bisa menjadi sumber penghasilan yang sangat besar bagi diri serta keluarganya kelak.

Sejak diluncurkan, sistem tersebut tidak mengalami banyak masalah, sehingga bisnis AW mulai berkembang, dan terus berkembang. Uang pun mulai mengalir ke koceknya, semakin hari semakin besar dan meyakinkan. Tahukah Anda, seperti apa kesuksesan anak desa ini sekarang? Saat ini AW telah mendirikan sebuah perusahaan bernama “PT RHI” dengan 50-an karyawan. Untuk gaji direktur utamanya saja, ia membayar tidak kurang dari Rp.30 juta per bulan. Masih ditambah dengan pemberian mobil dinas, tunjangan rumah tinggal dan lain-lain. Itu baru Dirutnya seorang. Belum wakilnya, beberapa manajer serta sejumlah staf dan non-staf.

Dari ilustrasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa AW telah memperoleh MOG berjenis “alignment” di Jakarta. Dia bertemu saya sebagai mentor tak resminya, merasa nyaman bekerja bersama, terinspirasi dengan kuat dan akhirnya menciptakan sistem bisnis yang sangat powerful. Hanya dalam beberapa tahun (5-6 tahunan) bisnisnya sudah merambah ke seluruh provinsi di Indonesia, mempekerjakan puluhan karyawan, membawahi ribuan member serta menggerakkan perputaran uang puluhan miliar per tahunnya. AW sekarang tinggal di Solo bersama isteri dan anaknya. Dia adalah saksi hidup dari terjadinya “MOG” dan kita semua bisa punya akses relatif mudah padanya untuk berbagi. (rh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun