Guru adalah pilar utama dalam menciptakan peradaban yang unggul. Mereka tidak hanya berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pembentuk karakter, pendidik nilai-nilai moral, dan penggerak perubahan sosial. Melalui pendidikan, guru mentransformasi generasi muda menjadi individu-individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beradab.
Peran Guru sangat krusial dalam menentukan arah masa depan bangsa. Namun, meskipun begitu penting, perjuangan guru sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak mudah. Guru harus bertahan menghadapi berbagai hambatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dengan tekad dan semangat untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang lebih baik.
Idealitas yang Terus Dikejar
Menjadi seorang guru adalah pilihan hidup yang penuh konsekuensi. Sebagaimana Plato dalam The Republic mengungkapkan, guru adalah "pembentuk jiwa masyarakat" yang memiliki peran sentral dalam membangun karakter dan moralitas warga negara yang baik (Plato, 380 SM). Dalam konteks Indonesia, peran guru sebagai agen perubahan semakin terasa penting, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Mereka bukan hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membimbing siswa mereka sepanjang hidup.
Namun, meskipun idealisme tersebut begitu jelas kita memahami, tantangan yang dihadapi oleh guru sangat berat. Salah satu tantangan terbesar teranyar adalah ketakutan yang melanda banyak guru akibat potensi masalah hukum saat mereka mencoba mendisiplinkan siswa. Kasus-kasus yang baru-baru ini mengemuka, seperti yang terjadi pada Guru Honorer Supriyani di Konawe Selatan yang dilaporkan karena menegur siswa, atau guru olahraga di Wonosobo yang dilaporkan karena melerai perkelahian, mencerminkan fenomena yang semakin mengkhawatirkan. Ketakutan guru untuk mengambil tindakan tegas terhadap perilaku tidak pantas siswa, akibat ancaman laporan dari orang tua atau bahkan polisi, menciptakan situasi yang penuh ketegangan dalam ruang pendidikan (tirto.id, 2024).
Fenomena ini menggambarkan betapa rapuhnya posisi seorang guru di mata hukum dan masyarakat, yang seharusnya lebih mendukung peran mereka sebagai pendidik, bukan malah mengkriminalisasi usaha mereka untuk menjaga ketertiban di sekolah. Dalam banyak kasus, upaya guru untuk mendisiplinkan siswa berakhir dengan laporan polisi, ancaman hukum, bahkan penganiayaan seperti yang terjadi pada Guru Zaharman di Rejang Lebong, yang diserang oleh orang tua siswa karena menghukum anaknya yang merokok (kompas.com, 2023). Ini adalah kenyataan pahit yang harus dihadapi guru, yang seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan justru menjadi sasaran kemarahan pihak luar.
Dalam menghadapi tantangan eksternal yang besar, guru juga perlu melakukan otokritik terhadap diri mereka sendiri. Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, dan meskipun banyak yang telah berusaha maksimal, tidak sedikit pula yang merasa terhambat oleh berbagai faktor, baik itu beban administratif yang berlebihan, kurangnya waktu untuk merancang pembelajaran berkualitas, atau terbatasnya fasilitas pendukung. Banyak guru yang merasa tertekan dengan kurikulum yang terus berkembang, namun tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pelatihan atau dukungan yang memadai.
Namun, meskipun ada kekurangan ini, banyak guru yang terus berjuang untuk menjaga idealisme mereka. Mereka menyadari bahwa setiap langkah mereka adalah bagian dari perjuangan kolektif bangsa untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Meskipun terkadang terjebak dalam rutinitas yang membebani, guru tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi siswa mereka, mengingat bahwa pendidikan adalah senjata utama untuk memajukan bangsa. Dengan penuh keyakinan, mereka menjalankan tugas mereka sebagai penggerak perubahan, meskipun dihadapkan pada banyak keterbatasan.
Refleksi dan Apresiasi terhadap Perjuangan Guru
Pada 25 November setiap tahun, Indonesia merayakan Hari Guru Nasional untuk mengapresiasi jasa para guru yang telah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” yang diangkat pada peringatan Hari Guru Nasional 2024 menjadi momentum penting untuk kembali mengingatkan kita tentang peran vital guru dalam menciptakan SDM yang unggul. Tema ini mengajak kita semua untuk tidak hanya menghargai jasa guru, tetapi juga memberikan dukungan penuh kepada mereka agar dapat terus berkembang dan menghadapi tantangan zaman dengan semangat yang tinggi.
Hari Guru Nasional bukan hanya sekadar hari perayaan, tetapi juga waktu untuk refleksi bersama mengenai bagaimana kita semua, baik masyarakat maupun pemerintah, dapat lebih mendukung perjuangan guru. Dengan meningkatkan kesejahteraan, memberikan perlindungan hukum yang memadai, dan menyokong pengembangan profesionalisme mereka, kita dapat memastikan bahwa guru terus menjadi agen perubahan yang berperan besar dalam pembangunan bangsa.