Mohon tunggu...
Rus Rusman Rus Rusman
Rus Rusman Rus Rusman Mohon Tunggu... -

Lahir di Kecamatan Jatirogo Kab. Tuban Jawa Timur. Lulus SD 1973 SMP 1976 SPG 1980 Sarmud 1985 S1 1988 S2 2005. Sekarang berkarir di Dinas Pendidikan Kab. Tuban, bagian teknis edukatif melalui kunjungan lapangan. member no. 45768 Kompas.com HP: 081335643562

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencari Alternatif Gairah Membelajarkan Matematika di SD

9 Juli 2011   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:48 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

OLEH: Drs. RUSMAN, M.Pd

Matematika adalah pelajaran tentang kuantitas dan relasi melalui penggunaan bilangan dan symbol, demikian sebagaimana termuat dalam The World Book Encyclopedia. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang wajib diberikan kepada anak di Lembaga Sekolah, di samping bidang studi yang lain.

Sebenarnya Matematika telah lama ada walaupun semula bentuknya sederhana. Materi yang tercakup dalam Matematika meliputi: Ilmu Hitung, Aljabar, Geometri, Trigonometri, Geometri Analitika, Kalkulus, Probabilitas dan Statistika. Dengan berbagai rincian tersebut, maka tampak begitu pentingnya Matematika sebagai pendukung berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Menurut prediksi penulis, bahwa rendahnya nilai Matematika, salah satu penyebabnya adalah rendahnya daya tarik siswa terhadap bidang studi Matematika. Anggapan yang terjadi pada kehidupan masyarakat juga hampir sama, bahkan Matematika itu pelajaran yang sulit dan membingungkan.

Terutama dalam menyelesaikan soal-soal perkalian atau soal-soal yang dalam penyelesaiannya membutuhkan perkalian. Merosotnya nilai Matematika perlu dicari faktor penyebabnya.

Penyebab-penyebab itu bisa timbul dari murid juga dari guru selaku pendidik. Faktor-faktor itu antara lain: Mungkin kemampuan (daya pikir) murid memang lemah/terbatas. Mungkin guru tidak melatih menemukan konsep tetapi hanya menerapkan rumus-rumus yang ada pada buku sumber. Mungkin guru tidak pernah menggunakan benda-benda konkrit untuk menerangkan (sebagai alat peraga) pada tingkatan tertentu. Mungkin tidak adanya kesinambungan guru yang mengajar, karena diterapkan sistem guru kelas sehingga guru konsentrasinya terpecah pada semua mata pelajaran.

Sebagai akibatnya adalah pelajaran matematika terabaikan. Beberapa kemunghkinan bisa terjadi: Mungkin guru terlena dengan permainan trik-trik perkalian khusus dari pada menyelesaikan perkalian yang bersifat umum/standart. Maksudnya supaya murid cepat mengerti, tetapi yang terjadi kadang kala justru sebaliknya: Pikiran murid melayang karena kebingungan.

Yang lebih membingungkan lagi, kadang kala antara hasil daricara khusus dan hasil dari cara umum/standart berlainan (tidak sama). Sebelum murid diberikan materi perkalian maka hendaknya materi penjumlahan sebagai dasar perkalian telah dikuasai anak terlebih dahulu.

Dalam kesempatan akan berkonsentrasi pada salah satu bahasan, yakni menaksir hasil operasi hitung. Topik ini merupakan bahan pelajaran di sekolah dasar. Meskipun nampaknya sederhana, namun ternyata tidak semua siswa dengan mudah bisa menangkap maksudnya.

Sebenarnya matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pelajaran di sekolah senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Banyak cara atau rumus yang dulu diperkenalkan kepada siswa (khalayak), tiba-tiba saja berubah karena adanya penemuan baru.

Contoh yang paling jelas dan mudah adalah penerapan cara perkalian untuk siswa sekolah dasar. Seperti telah dimengerti bahwa perkalian pada dasarnya adalah merupakan penjumlahan berulang. Suatu misal 4 x 8 = 32. kalau ditulis dalam bentuk panjang 8 + 8 + 8 + 8 = 32. Sedangkan arti kata khusus bersifat special atau tidak berlaku untuk umum.

Jadi, yang dimaksud Perkalian Khusus di sini adalah perkalian yang hanya mengikut sertakan bilangan/angka-angka tertentu. Jadi tidak semua bilangan bisa diterapkan pada cara khusus ini. Keunggulan dari perkalian khusus ini lebih singkat/pendek jika dibandingkan dengan sistem perkalian umum/standart.

Sebagaimana lazimnya suatu penemuan/pendapat harus diuji lebih lanjut, untuk mengetahui sejauh mana kebenaran dan kegunaannya dapat diterima. Adapun teknik baru yang kami maksud adalah perkalian tiga angka dikalikan tiga angka.

Contoh : 234 x 567 = ………..

234

xxx

567x

101828

Langkah I:

4 x 7 = 28Langsung ditulis 28

3 x 6 = 18Langsung ditulis 18

2 x 5 = 10Langsung ditulis 10

234


567X

101828

2745

Langkah II :

(3 x 7) + (4 x 6) = 21 + 24 = 45

Langsung ditulis 45.

(2 x 6) + (5 x 3) = 12 + 15 = 27

Langsung ditulis 27.

234

x

567x

101828

2745Langkah III :

34(2 x 7) + (5 x 4) = 14 + 20 = 34

Langsung ditulis 34 di bawah angka 74.

234

567x

101828Setelah kegiatan-kegiatan dari langkah I sampai dengan langkah III selesai

2745dilaksanakan, maka hasil yang diperoleh dari perkalian tersebut dijumlahkan.

34+Jadi hasil perkalian 234 x 567 adalah 132678.

1 3 2 6 7 8

Kita bandingkan dengan cara standart

234 x 567 = ….

234

567x

1638

1404

1170+

132678

Ternyata hasil perkalian 234 x 567 dengan cara baru dan cara standart hasilnya sama, yaitu 132 567 (seratus tiga puluh dua ribu lima ratus enam puluh tujuh).

Dengan adanya dua versi contoh perkalian umum di atas sekarang dapat kami simpulkan, bahwa baik cara lama atau cara baru ada beberapa kesamaan, yaitu:

-Berlaku untuk semua bilangan

-Mudah dan praktis (tidak terlalu njlimet)

-Ekonomis tempat

Sedangkan perbedaannya, cara umum yang lama mempergunakan teknik menyimpan, sedangkan cara umum yang baru selama mengalikan tidak menggunakan teknik menyimpan.

Hingga saat ini penulis sering mendengar keluh dari masyarakat bahwa anak-anak kita masih kurang trampil berhitung. Mengingat hal itu, penulis menganggap kurang bijaksana kiranya apabila perhatian dan tenaga serta pikiran anak-anak, kita belokkan kepada cara-cara perkalian yang hanya bersifat khusus/berlaku secara terbatas. Akan jauh lebih baik apabila anak-anak kita memusatkan seluruh tenaganya kepada satu cara/cara standart yang sangat efektif dan berlaku untuk umum.

Dengan cara membatasi diri kepada satu cara yang standart tersebut dapat diharapkan anak-anak kita akan mencapai ketampilan berhitung yang memuaskan. Pada hemat penulis, apabila ada guru yang ingin memperkenalkan cara-cara khusus, maka sebaiknya ia membatasi hal itu sebagai bahan pengajaran bagi siswa/siswi tertentu. Tertentu maksudnya, siswa yang pandai dan sudah menguasai teknik perkalian standart. ****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun