Mohon tunggu...
Rusli Sucioto
Rusli Sucioto Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Amatiran

Masih banyak hal yang indah buat ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Pesan Kemanusiaan dari Schindler's List, Film Kontroversial di Indonesia

2 Agustus 2016   15:14 Diperbarui: 2 Agustus 2016   15:21 2027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian Depan VCD Original Schindler's List (koleksi pribadi)

Hari ini saya mencoba menyusun kembali buku-buku dan koleksi kepingan disc saya, sedikit terkaget ketika menemukan VCD original berjudul Schindler's List, sebuah film kontroversial yg dilarang beredar di bioskop Indonesia dan juga di negeri jiran, Malaysia, karena dinilai memuat kepentingan kaum Yahudi di dalamnya. Saya sendiri tidak ingat bagaimana saya bisa memperoleh VCD asli terbitan Medialine seharga Rp. 59.000,- ini, lengkap dengan terjemahan bahasa Indonesia di dalamnya. Yg jelas pastinya saya membeli disc original dengan film keluaran tahun 1993 ini melalui toko VCD resmi sesuai ketentuan pemerintah karena merupakan kebiasaan saya mengumpulkan buku atau disc cerita peperangan secara asli buat koleksi pribadi.

Film kontroversial ini menceritakan riwayat Oscar Schindler, seorang pengusaha asal Jerman yg berangkat ke Polandia untuk mengambil alih sebuah pabrik pembuatan alat-alat dapur guna mendukung perjuangan tentara Nazi Jerman pada saat Perang Dunia II. Pabrik ini mempekerjakan ribuan tawanan orang Yahudi dengan alasan gaji yg lebih murah. 

Bersamaan dengan peristiwa Holocaust pada saat itu, Schindler yg menyaksikan kekejaman Nazi Jerman mulai merubah misinya secara diam-diam untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi, yaitu dengan cara mempertahankan mereka untuk tetap bekerja di dalam pabrik tanpa perlu dikirim ke kamp kematian, seperti Plaszow (Polandia) dan Auswitch (Austria). Schindler's List sendiri adalah daftar nama 1.100 orang Yahudi yg berhasil diselamatkan hingga Perang Dunia II usai.

Dalam misi penyelamatannya, Schindler yg merupakan anggota partai Nazi memanfaatkan kedekatannya dengan perwira SS (Schutzstaffel). Schindler berupaya memberikan suap berupa uang dan hadiah demi mempertahankan orang Yahudi tetap bekerja dalam pabriknya. Meskipun akhirnya harus menghadapi kesulitan dana, Schindler tetap berupaya memperoleh pinjaman melalui Itzhak Stern, seorang tawanan Yahudi yg bekerja sebagai akuntan di pabriknya yg awalnya tidak percaya kepada Schindler.

Cover Belakang VCD original Schindler's List (koleksi pribadi)
Cover Belakang VCD original Schindler's List (koleksi pribadi)
Itzhak Stern kemudian melakukan tugasnya dengan baik untuk menolong teman-temannya agar bisa bekerja di pabrik yg sesungguhnya adalah tempat penampungan. Para buruh yg bekerja diizinkan keluar dari ghetto dan memiliki surat keterangan sebagai 'buruh penting' sehingga mereka aman dan tidak ditangkap Gestapo atau tentara Jerman saat keluar pabrik. Selain itu orang Yahudi di dalam pabrik bebas merayakan Sabat, yg merupakan hari penting bagi keagamaan mereka.

Seiring dengan kekalahan Jerman di Perang Dunia II, pabrik juga mengalami kebangkrutan, yg membuat Schindler harus melarikan diri sebelum ditangkap tentara Uni Soviet yg semakin mendekat. Di akhir film Schindler memberikan pidato di hadapan para buruhnya dengan perasaan bersalah, di mana seharusnya dia masih bisa menyelamatkan 10 orang Yahudi lainnya apabila dia menjual perhiasan dan mobilnya. Para buruh kemudian memberikan hadiah berupa cincin yg berukiran kutipan kitab Talmud : barangsiapa yg menyelamatkan satu nyawa, dia menyelamatkan seisi dunia. Setelah itu Schindler pergi dan esok harinya tentara Uni Soviet tiba dan menyatakan seluruh tawanan dibebaskan.

Uniknya, film yg sengaja dibuat hitam-putih ini menampilkan satu adegan berwarna, di mana seorang gadis kecil bermantel merah yg berjalan pada sebuah adegan ketika tentara Nazi mengatur para tawanan menuju kamp kematian. Konon warna merah yg sengaja ditampilkan mencolok itu adalah untuk menggambarkan perubahan pribadi Schindler, dari seorang yg mengejar materi kemudian menjadi seorang 'malaikat' yg rela menghabiskan uangnya demi menolong orang Yahudi.

Terlepas dari kontroversi film ini, kita sudah disuguhi sebuah rasa kemanusiaan yg bersifat universal bahwa untuk menolong manusia itu bukanlah memandang ras atau agama atau alasan apapun juga. Film ini tidak akan pernah selesai diperdebatkan.. apakah Oscar Schindler benar-benar nyata melakukan itu semua, atau Holocaust hanyalah karangan bangsa Yahudi saja. Yg jelas menonton film ini akan tanpa sadar menguras air mata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun