Mohon tunggu...
Rusli Sucioto
Rusli Sucioto Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Amatiran

Masih banyak hal yang indah buat ditulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu Penghapusan Palestina dari Google Maps Adalah Tidak Benar

11 Agustus 2016   13:26 Diperbarui: 11 Agustus 2016   13:43 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Palestina di Google Maps (screenshot pribadi)

Isu penghapusan Palestina dari Google Maps terakhir ini semakin santer terdengar, bahkan muncul petisi di change.org yg menargetkan 200.000 petisi sebagai protes kepada Google atas penghapusan Palestina sejak tgl. 25 Juli 2016 lalu. Menkonminfo, Rudiantara, 2 hari lalu hanya mengeluarkan pernyataan bijaksana, di mana hal ini merupakan masalah Internasional dan akan dibicarakan dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Lantas benarkah Palestina dihapus dari Google Maps.? Sesuai dengan screenshot saya memang Google Maps tidak mencantumkan Palestina sebagai sebuah negara, hanya terdapat nama kota dan terlihat jelas terletak di mana kota Ramalah -ibukota Palestina- dan semua kota-kota Palestina dikategorikan dalam Palestine Territory. Daerah Palestina di dalam peta Google Maps hanya dibuat dengan garis putus-putus yg menghubungkan Jalur Gaza (Gaza Strip) hingga ke Tepi Barat (West Bank).

Google sendiri juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa Palestina masih dikategorikan negara yg belum diakui kedaulatannya secara penuh, dengan mengacu kepada keanggotaan Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Status Palestina hingga sekarang masih dinyatakan observer atau belum menjadi keanggotaan penuh. Dengan alasan inilah mengapa Palestina belum tercantum secara resmi di Google Maps sebagai sebuah negara.

Google juga mempertanyakan petisi yg dibuat Zak Martin yg menuduh Google menghapus Palestina dari Google Maps. Petisi itu sudah beredar sejak 5 bulan lalu dan karena tidak memperoleh perhatian Internasional, akhirnya hingga tgl. 25 Juli 2016 kemarin Zak Martin merevisi petisinya dengan menuduh Google Maps memasukkan Palestina ke dalam bagian negara Israel. Sontak saja hal yg rada sensitif ini langsung menyita perhatian dunia.

Petisi Zak Martin sudah beredar 5 bulan lalu (screenshot pribadi)
Petisi Zak Martin sudah beredar 5 bulan lalu (screenshot pribadi)
Dengan petisi ini Forum Jurnalis Palestina mengecam Google yang menghapus Palestina dari petanya dan diganti dengan nama Israel. "Keputusan Google menghapus Palestina dari peta adalah bagian dari skema Israel untuk menjadi negara terlegitimasi bagi generasi masa depannya dan menghapus Palestina," katanya, dikutip Middle East Monitor. Lebih lanjut, Forum mengatakan, langkah itu didesain untuk memalsukan sejarah, geografi, dan hak rakyat Palestina atas tanah mereka. Hal ini kontras dengan norma dan konvensi internasional mana pun. Forum mendesak Google untuk segera mengembalikan Palestina seperti sedia kala. Pasalnya, Google telah gagal mengutak-atik sejarah Palestina dan Arab di mata dunia. Kini tidak ada Palestina di Google Maps. Saat kata kunci Palestine diketik, Google Maps mengarahkan pada Yerusalem dan Gaza.

Namun setelah diteliti lebih jauh, ternyata yg menjadi persoalan adalah letak kota Yerusalem, dengan mesjid Al-Aqsa di dalamnya. Zak Martin dengan petisi yg dibuat melakukan klaim seharusnya Jerusalem adalah bagian dari Palestina. Petisi ini sekarang memang telah melebihi 250.000 tanda tangan sehingga membuat Google harus segera melakukan klarifikasi masalah ini supaya tidak menimbulkan kerancuan di publik Internasional. 

Dengan klarifikasi dari Google, kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia yg mengakui kedaulatan Palestina, sudah bisa mengerti bahwa sesungguhnya Palestina tidak pernah dihapus dari Google Maps. Letak Palestina memang harus dibuat seperti apa adanya dengan mengacu kepada aturan Internasional di PBB. 

Salam Damai..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun