Teori selalu mengatakan mudah saat melakukan sesuatu, karena ia bergerak dalam tataran imajiner yang seolah di atas kertas segala sesuatu dapat dilakukan dalam merencanakan sesuatu. Tapi fakta selalu berkata lain, karena ia berhubungan langsung dengan kenyataan.
Sering dijumpai seseorang seolah dengan mudah ketika mengambarkan sesuatu terkait program yang sedang dirumuskan dalam merencanakan sebuah sesuatu maupun saat mengkritisi orang lain.
Gambaran tersebut sangat terlihat dari salah seorang calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam berbagai kesempatan ketika memberikan komentar diruang publik. Terlebih saat debat kandidat calon Gubernur yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Jakarta.
Pada saat penyampaian visi-misi terkait program dan langkah yang akan dilakukan masing-masing calon, maupun saat sesi tanya jawab antar kandidat, apa yang disampaikan Anies seperti sedang berteori seolah mudah semua dilakukan. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan beliau layaknya seorang akademisi yang terbiasa menyampaikan teori.
Tidak ada salahnya berkaca pada apa yang telah terjadi. Seperti diketahui, sebelumnya Anies Baswedan pernah menduduki jabatan strategis pada kabinet Jokowi-JK sebagai Menteri Pendidikan, namun ia digantikan dalam reshufflekabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo.
Pencopotan tersebut tentu telah melewati pertimbangan matang dari Presiden. Mungkin dalam kaitan capaian dan prestasi apa yang telah diperoleh selama ia menduduki posisi tersebut. Karena Presiden Jokowi harus melakukan percepatan dalam membenahi dunia pendidikan itu sendiri sesuai dengan semangat Nawa Cita yang ia miliki.
Pertanyaannya sederhana, jika semua teori yang disampaikan dapat dilakukan dengan mudah, tentu prestasi gemilang akan ia peroleh saat menjadi Menteri. Apalagi mengurusi Jakarta yang penuh dengan permasalahan dalam banyak hal, bukan hanya pendidikan saja. Ada masalah kepadatan penduduk, penyediaan lapangan kerja, beban hunian yang tinggi, banjir, dan sederet permasalahan lainnya yang siap menjadi pekerjaan rumah untuk dibenahi.
Saat menjadi juru bicara tim kampanye Jokowi-JK pada Pilpres lalu, Anies Baswedan juga pernah menuding pasangan Prabowo-Hatta diusung oleh partai politik (parpol) yang dilakoni mafia, seperti dugaan kasus korupsi migas, haji, impor daging, dan lain-lain. Namun saat maju sebagai calon Gubernur pada Pilgub kali ini ia malah didukung oleh partai yang pernah ia tuding tersebut. Inilah realitas yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H