Saat Partai Demokrat memiliki masalah kompleks yang terkait dengan hukum, maka akan datang disetiap pasar kenaikan harga kebutuhan pokok, hal ini menjadi sesuatu yang luar biasa agar media mengarahkan mata lensanya pada kepanikan publik yang tercipta secara sistematis.
Saat Anas Urbaningrum akan terjerat kasus Hambalang maka yang didahulukan untuk menemani Anas menjadi seorang bersalah adalah Lutfi Hasan Ishak. Jadi bila di timbang dalam wazan politik PKS lebih parah dari Partai Demokrat. Demikianlah dunia politik saat ini.
Kata tangkap tangan tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh KPK pada masyarakat. Istilah demi istilah dibuat untuk menjadi sebuah pembenaran. Saya adalah orang bloon yang sedikit tahu tentang hukum, menurut saya yang disebut tangkap tangan seperti kiper nangkep bola, semua penonton menyaksikan bahwa si kiper memegang bolanya.
Namun untuk kasus Lutfi Hasan Ishak, duit untuk suap tidak berada di tangan Lutfi, Duitnya pada orang lain. dan hal tersebut disebut tangkap tangan. Logikanya adalah jika saya punya duit 10.000 kemudian ada KPK yang bertanya kepada saya mas itu duit buat siapa buat Lutfi Hasan agar saya dapet kerjaan. Apakah ini yang disebut korupsi. Sangat tidak dimengerti istilah tangkap tangan ini. Masyarakat saat ini dipaksa oleh media untuk terbiasa dengan prasangka.
Saat ini sudah menjadi rahasia umum jika barang konsumsi senantiasa dijadikan senjata pengalihan isu, dan pembelokan berita, kasus Century terlupakan, Kasus Munir terlupakan, Kasus Lapindo terlewati, Kasus Gayus di tinggal mati, Kasus korupsi Pak Suharto tak ada yang mencari, Kasus Muslim yang dibantai di Ambon tak masuk televisi, Kasus TKI terlupakan, dan berbagai kasus yang ada di belahan Indonesia tak terungkap. Kalah oleh kenaikan harga komoditas.
Harga cabai pengalihan sorotan kamera
Harga kedelai pengalihan sorotan kamera
Harga daging pengalihan sorotan kamera
Harga bawang pengalihan sorotan kamera
Masyarakat benar-benar di tipu oleh kamera.
Semoga masyarakat semakin pandai. Bukan menjadi masyarakat jahiliyah yang anti partai politik sehingga menjadi golput. Jika golput berarti ia tidak respect terhadap negara dan bangsanya. Dibalik kejahatan masih terselip orang-orang baik diantara mereka. Semoga kita tidak berprasangka buruk terhadap anggota dewan yang masih beristigfar dan tetap memperjuangkan hak dan keadilan masyarakat yang memilihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H