Tepat pukul 8.00 WIB saya berkunjung ke kota bekasi utara lebih tepatnya Bantar Gebang, seperti yang kita tahu Bantar Gebang menjadi pusat pembuangan sampah. Terlihat truk-truk besar dengan setumpuk sampah tepat di depan mobil yang saya naiki menuju TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terakhir), dalam keadaan kaca tertutup saya merasakan bau sampah yang sedang di angkut truk itu, belum lagi cairan dari sampah yang menetes tak kalah baunya, buka kaca sedikit baunya sangat menyengat. Tapi saat saya memperhatikan keadaan di sekeliling tampak masyarakat biasa saja dengan bau sampah-sampah dalam truk besar itu.
[caption id="attachment_300434" align="alignnone" width="332" caption="Salah Jalan, masuk TPST"][/caption]
Pukul 10 tiba di bantar gebang, rupaya salah jalan, masuk di penimbangan sampah, inisiatif jalan terus malah masuk tumpukan sampah, waduh terpaksa turun. Saat buka pintu lalat berterbangan masuk dalam mobil padahal ada bayi didalam, saya segera tutup pintu dan bertanya pada warga tentang alamat yang akan saya tuju. Setelah warga memberi tahu, mobil putar balik dan kembali ke alamat yang benar. Tiba di rumah Ibu Mus kami segera turun dan sejenak istirahat, bayi yang ikut bersama sayapun tidur di atas tumpukan sampah. Ya bayi itu tidur diatas tumpukan sampah bungkus kopi yang disulap mejadi tikar bernilai uang, sampah kopi ini bukan hanya menjadi tikar, tapi juga menjadi tas, dll. Bagi ibu Mus sampah adalah hartanya. Maksud kedatangan saya kesini yaitu mengantar ibu-ibu kreatif yang tergabung dalam program Mobile Training Rumah Gemilang Indonesia.
“Hehe”
Bayi Tidur di atas tikar dari sampah bungkus kopi
Tas dari bungkus Kopi
Suasana Pelatihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H