Mohon tunggu...
Ruslan Abdul Majid
Ruslan Abdul Majid Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Baru-baru ini saya senang dalam membuat tulisan, terutama terkait dengan isu-isu seputar pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krisis Tenaga Honorer: Cermin Ketidakseriusan Pemerintah?

21 Januari 2025   12:32 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:32 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi Simbolik Prabowo melalui Kabinet"Merah Putih Halaman 1 - Kompasiana.com

Mengapa Pemerintah Kesulitan Menyelesaikan Masalah Tenaga Honorer?

Pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, sering beralasan bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan permasalahan tenaga honorer karena keterbatasan anggaran. Namun, pernahkah kita bertanya, apakah alasan tersebut benar-benar masuk akal? Bukankah pemerintah seharusnya memiliki data yang jelas mengenai kebutuhan layanan publik di setiap wilayahnya?

Sebagai contoh, dalam layanan publik di bidang pendidikan, sebuah sekolah dengan enam rombongan belajar (rombel) minimal membutuhkan enam guru. Namun, kenyataan yang sering terjadi adalah pemerintah hanya mengangkat satu atau dua ASN dari total kebutuhan tersebut. Alasannya? Lagi-lagi keterbatasan anggaran, ditambah kebijakan pengangkatan ASN yang disesuaikan dengan jumlah pegawai yang memasuki masa pensiun.

Pertanyaannya, mengapa pemerintah tidak berani memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan tuntutan layanan publik? Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum serius menjalankan roda pemerintahan secara optimal. Seolah-olah, pemerintah ingin mengelola pelayanan publik dengan biaya serendah mungkin tanpa memperhatikan kualitas pelayanan. Bagaimana mungkin pelayanan dapat optimal jika tenaga pendukungnya masih kekurangan sumber daya dan fasilitas yang memadai?

Sebagai masyarakat, kita tentu tidak bisa berharap terlalu banyak pada layanan publik yang optimal jika pemerintah saja abai terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pegawainya. Masalah ini menjadi refleksi bahwa pelayanan publik yang berkualitas memerlukan komitmen nyata dari pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor vital. Dengan terpenuhinya kebutuhan pegawai, tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas layanan publik secara keseluruhan.

Pada akhirnya, teranglah bahwa pemerintah harus mengutamakan kebutuhan masyarakatnya di atas efisiensi anggaran semata. Efisiensi memang penting, tetapi bukan dengan mengorbankan mutu pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun