Mohon tunggu...
Ruslan .
Ruslan . Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suatu Pengantar; Jangan-jangan Anda Abnormal??

4 September 2014   06:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika anda membaca judul tulisan saya diatas, mungkin saja pada diri anda telah menuai kontradiksi antara pemahaman abnormal menurut anda dan abnormal menurut tulisan saya. Poin penting yang bisa saya dapatkan adalah bahwa anda sudah mempunyai konsep tersendiri terkait abnomalitas. Tetapi, perlu dicatat, abnormal yang saya maksud dalam tulisan ini bukan abnormal dalam hal fisik, melainkan abnormal dalam ranah psikologis.

Sebagaimana anda ketahui, cakupan bahasan psikologis tertumpu pada ranah mental manusia. Peran psikologi dalam abnormalitas psikologis berupaya untuk menjabarkan, mendiskribsikan gejala-gejala kelainan psikologis. Adapun yang dimaksud kelainan psikologis adalah terdapat perbedaan (kelainan) yang terdapat pada mental, dalam artian tidak sebagaimana mestinya mayoritas seseorang.

Kelainan seperti demikian, terepresentasikan melalui perilaku yang cenderung “aneh” bagi yang lain. Ukuran abnormalitas sering kali disangkut-pautkan dengan eksistensi moral yang terdapat di wilayah/daerah tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatagorikan abnormal apabila tidak sesuai dengan tradisi ataubahkan budaya yang terdapat di suatu wilayah/daerah.

Dalam pemahaman tekstualnya, abnormalitas merupakan lawan dari kata normalitas. Pada awal kemunculannya, tabir pemisah antara keduanya begitu tipis, sehingga sulit untuk menemukan batas antara keduanya. Akhirnya, khalayak umum mengambil sebuah benang merah bahwa segala yang tidak sesuai dengan perilaku biasanya maka langsung dikatagorikan perilaku abnormal.

Menurut Kartini Kartono (1989) menyebutkan bahwa terdapat beberapa sudut pandang abnormalitas diantaranya abnormalitas dipandang dari segi patologis, segi statistik dan segi kultural. Adapun abnormalitas yang dipandang dari sudut patologis adalah abnormalitas yang disebabkan diantaranya akibat gangguan kecelakaan, suatu penyakit atau status kepribadian yang kacau (disordered state). Sedangkan abnormalitas dari sudut pandang statistik yakni abnormalitas yang ditarik melalui pendekatan grafis (tertulis dan bergambar) dan secara matematis. Sehingga dengan demikian, langsung dapat dikatagorikan yang mana saja yang termasuk abnormal dan normal. Sedangkan abnormal dari sudut pandang kultural/budaya, sebagaimana yang telah dibahas diawal tulisan ini bahwa justmen abnormalitas begitu kental dengan eksistensi sosial budaya yang dipakai dalam suatu wilayah/daerah tertentu.

Jadi, boleh saja dalam suatu wilayah yang berbeda mempunyai tradisi atau budaya yang sedikit “aneh” menurut interpretasi oleh wilayah yang lain. Dari kejadian inilah kemudian, kita dituntut untuk mengetahui dan membuka jendela wawasan yang semakin luas dengan tujuan supaya tidak terjebak pada disinterpretasi terkait abnormalitas dari sudut pandang sosial-budaya.

Untuk melatih kemampuan kita dalam memahami dan memilah antara perilaku abnormal dengan perilaku normal, maka saya akan memberikan beberapa pola perilaku yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tugas anda adalah mengidentifikasi perilaku tersebut dan kemudian menentukan apakah perilaku yang dimaksud tersebut tergolong perilaku abnormal atau normal.

Perilaku-perilaku pilihan diantaranya, memarkir kendaraan ditempat yang larang untuk parkir, tidak memakai helm ketika berkendara motor di jalan raya, melawan jalan yang searah, ikut berdemo dengan teman akrab, melerai dua kubu yang saling berkonflik dan bertengkar. Oya, selain melatih kemampuan kita, saya menyarankan kepada anda untuk mawas diri terkait perilaku yang anda lakukan dalam setiap harinya, ingat-ingat apakah dalam perilaku anda “masih” sering berperilaku abnormal. Jangan-jangan selama ini perilaku anda mayoritas lebih mengarah pada perilaku abnormal ?? selamat bermawas diri, semoga bisa memberikan pencerahan perilaku yang lebih baik kedepannya. Amieen !!!

Refrensi : Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun