Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sarjana Selayaknya Berkarya ,Betul ?

14 Oktober 2014   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_328941" align="aligncenter" width="448" caption="doc : pri"][/caption]

Kemarin hampir seharian saya menemani istri yang diwisuda hari itu. Sasono Langen Budoyo TMII, tempat wisuda ramai bukan main. ratusan wisudawan dan keluarganya mengantri di mulut pintu gerbang masuk. Karena tempat yang terbatas dan banyaknya peserta wisudawan maka hanya satu orang pendamping dari fihak kelurga yang boleh masuk. Banyak yang kecewa memang . Banyak protes dilayangkan kepada panitia. Sudah jauh jauh dan sudah berpakaian paling bagus kok tidak bisa masuk eh malah ngampar di pinggirin gedung.

[caption id="attachment_328942" align="aligncenter" width="448" caption="doc : pri"]

141324863842978689
141324863842978689
[/caption]

Saya akhirnya masuk ke dalam ruangan acara wisuda. Kursi sudah terisi penuh. Para wisudawan sudah duduk pada posisinya masing masing. Prosesi wisuda segera dimulai. Semua peserta wisuda nampak bergembira, bersuka cita. Dengan balutan baju seperti jubah dan toga yang nampak seragam. Para Senat dan kommite  akademika duduk diatas panggung layaknya sang raja yang akan memberikan penghargaan atas jasa dan kesetiaannya menimba ilmu. Satu per satu nama wisudawan dipanggil untuk naik ke atas panggung untuk menerima pengakuan simbolis dengan memindahkan tali toga oleh salah satu senat dan kommite  lalu menerima cinderamata seperti gulungan berwarna hijau. setelah itu juru foto sibuk mengabadikan momen bersejarah itu. Ada tiga angle yang menjadi sasaran foto.Dua diatas panggung dan satu di bawah panggung.

Saya yang duduk dikejauhan di kursi pendamping melihat sebuah prosesi yang menurut saya kental nuansa formalitas. kaku dan sama sekali tak ada unsur insipirasi. Sambutan dan motivasi yang diberikan terasa hambar, datar , membosankan dan basi. Tiap orang yang memberikan sambutan, orasi ilmiah hingga tausiyah agama seperti robot yang menyampaikan hal hal yang menurut saya tak banyak menggugah orang sama sekali. Disekitar saya, banyak yang terlelap tidur. Apalagi pengaturan waktu yang bertele tele. Sungguh ironi , hingga menjelang sore acara semakin tak menarik buat saya entah untuk orang lain.

Sarjana Tak berkualitas salah siapa ?

Ditengah acara untuk membuang rasa bosan yang sudah mencapai ubun ubun saya pun mulai melakukan wawancara singkat dengan pendamping yang duduk disekitaran saya. Hasrat jurnalis saya tergerak, walau dilarang mengambil gambar saya nekat melakukan pengambilan gambar. Toh beberapa orang juga melakukan pelanggaran tersebut. Walau saya melakukan pengambilan gambar secara statis , artinya saya hanya duduk dikursi saja tak kemana mana. wawancara yang saya lakukan dengan seorang ibu setengah baya di samping saya yang menceritakan putranya hanya perlu waktu kurang dari dua tahun untuk bisa lulus program sarjana komputer. padahal putranya bukan pindahan dari kampus lain. itu artinya ada percepatan kuliah atau ada permainan kuliah ?. Si Ibu hanya tersenyum tipis saja . Dengan raut kurang senang.

Sarjana yang saya tahu adalah orang yang telah mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi . ia seharusnya menjadi manusia yang punya kapasitas lebih dalam satu bidang. Sarjana juga selayaknya  punya kerja nyata dan karya yang berguna bagi orang disekitarnya. Bukan sekedar mencari gelar dan secarik kertas ijazah saja. Walau kadang saya harus  mengelus dada, tiga tahun yang lalu saya tiap tahun melakukan pengujian bagi sarjana yang mau menjadi guru di sebuah sekolah swasta, Hasil ujinya selalu mencengangkan, mayoritas sarjana malah tak menguasai bidangnya. Ia hampir tak memiliki kompetensi untuk bidangnya sendiri. Aneh bin ajaib ,bukan ?

Tapi itulah realita yang  terjadi. Saya tak akan pernah mau pesimis, kejadian yang saya alami belum tentu juga terjadi ditempat lain. Mungkin sebaliknya, saya tak ingin men-generalisir masalah. Saya yakin masih ada perguruan tinggi yang punya idealisme dan tanggung jawab akademik dan tanggung jawab moral bagi lulusannya. Bangsa ini terlalu sayang bila diisi oleh sarjana tak berkualitas apalagi bermoral korupsi dan berkhianat terhadap nilai akademi yang luhur dan mulia. Sarjana ayo tunjukan karyamu...jangan cuma diam.

Salam kompasiana, Adiyasa 14/10/14.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun