[caption id="attachment_326401" align="aligncenter" width="488" caption="sumber: blogbukuhelvry.blogspot.com"][/caption]
Ringkasan Tulisan Sebelumnya
Pada tanggal 1 Oktober 1965.PAU Halim menjadi sangat sibuk dikarenakan Presiden Soekarno yang tidak bisa memasuki Istana dan merasa terancam keselamatannya memilih PAU Halim sebagai tempat aman sebagaimana SOP pengaman Presiden dalam keadaan darurat. Di PAU Halim inilah pada tanggal 1 Oktober 1965 begitu banyak kejadian yang dikemudian hari membuat PAU Halim dicurigai menjadi basis kekuatan G 30 S .Kedatangan Brigjen Soepardjo yang meminta dukungan Presiden Soekarno walau ditolak menjadi sebuah rangkain cerita menarik tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Pada hari itu, 1 Oktober 1965. Presiden Soekarno memerintahkan kepada ajudannya, Kombes Pol Soemirat agar menghubungi dan memanggil seluruh pejabat militer dan sipil agar segera menghadap ke PAU Halim. Adapun pejabat militer dam sipil yang dipanggil adalah :
·Men/Pangal , Laksamana Madya (laut) RE Martadinata
·Men/Pangak ,Inspektur Jenderal Pol. Soetjipto Yoed0dihardjo
·Pangdam V Jaya Mayjend Umar Wirahadikusumah
·Jaksa Agung Brigjen Soetardio
·Waperdam II Dr Laimena
Pada saat itu Presiden telah mendapat laporan dari Brigjen Sabur tentang Men/Pangad A Yani yang termasuk salah seorang yang telah diculik dan belum diketahui nasibnya. Terdapat banyak ceceran darah dirumah kediaman pribadinya. Sedang waperdam I Dr Soebandrio sedang melakukan kunjungan ke Sumatra Utara dan Aceh sedang Waperdam III Chaerul Saleh tengah berada di China dalam satu kunjungan .
Maka berturut turut pejabat yang dipanggil itu memenuhi perintah Presiden, Sejak pukul 12:00 berdatanganlah Men/Pangal RE Martadinata, Waperdam II Dr Leimena, Men/Pangak IrJen Pol Soetjioto Yoedodiharjo mengunakan helikopter kepresidenan, helikopter ALRI dan AKRI. Jaksa Agung Brigjen Soetardio dan ajudan presiden Kolonel Bambang Widjanarko juga datang ke PAU Halim. Satu satunya pejabat militer yang tidak memenuhi panggilan adalah Pangdam V Jaya, Mayjen Umar Wirahadikusuma. Sebuah kejadian yang langka ketika itu.
Pada pukul 13:00 , Presiden Soekarno meminta pendapat Men/Pangau Omar Dani dan Men/Pangal RE Martadinata, Men/Pangak Irjen Pol Soetjipto untuk memberikan masukan nama pengganti Mayjen A Yani. Usulan yang disampaikan ketiga panglima angkatan belum mengena di hati Presiden Soekarno. Hingga akhirnya Presiden Soekarno sendiri yang menetapkan nama Mayjen Pranoto Reksosamudro asisten Men/Pangad bidang personil sebagai caretaker Men/Pangad.
Pada siang hari setelah makan siang bersama panglima ketiga angkatan , waperdam II dan Jaksa Agung , Presiden Soekarno meminta kertas untuk menuliskan suatu pernyataan : “satu : Bung karno dalam keadaan sehat wal’afiat di halim perdanakusuma. Dua: semua pihak diperintahkan untuk menghentikan tembak menembak dan jangan ada lagi pertumpahan darah, Tiga : Tunggu penyelesaian politik oleh Presiden”
Setelah siaran rutin,Pada pukul 14:00 RRI menyiarkan pengumuman lanjutan G-30-S tentang penurunan pangkat Kolonel keatas menjadi Lei.Kol, tentang adanya Dewan Revolusi dan pendemisioneran kabinet.