Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membatik Bisa Dijadikan Metode Trauma Healing Korban Bencana? Ini Jawabannya!

12 April 2017   15:17 Diperbarui: 12 April 2017   15:24 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canting ( sumber gambar : rantyyustinadewi)

Apa hubungannya membatik dengan bencana ? selintas tak ada hubungannya bukan ?. Canting , sebagai alat membatik membutuhkan keahlian tangan. Motorik halus. Konsentrasi. Sedangkan bencana , merupakan kejadian abnormal yang memiliki dampak kerusakan, korban hingga terganggunya sistem sosial dan budaya .

Saya bersyukur bisa mengikuti acara yang diadakan Kompasianer Tangerang Selatan Plus (Ketapels) yang berkolaborasi dengan Kompasiana dan Bank Danamon, acara bertema : “Saatnya Batik Etnik Tangsel Memegang Kendali Menuju Go Internasional “ ini menambah pengetahuan saya tentang serba serbi batik. Jujur saja, saya awam tentang dunia batik.

Pengetahuan saya tentang batik memang masih sangat sedikit,  namun membuat  saya malah mendapatkan inspirasi. Membatik bisa menjadi salah satu tools untuk melakukan recovery bagi korban yang berdampak langsung.   Sebagai orang yang bekerja di lembaga kemanusian yang erat hubungannya dengan kebencanaan, saya menilai canting membatik bisa menjadi alat yang ampuh untuk memulihkan tekanan trauma pasca bencana.

Lho kok bisa ? Ya saya rasa sangat bisa. Korban bencana biasanya masih menyimpan ingatan  kejadian ketika bencana datang menerpa, secara psikologis korban bencana tak mudah melepaskan ingatan yang terekam dengan kuat di memori otak. Bahkan terbawa hingga ke bawah alam sadar.

Trauma bencana memang tak mudah hilang.  Apalagi bila dalam kategori trauma berat akibat kehilangan anggota keluarga atau kehilangan seluruh aset yang dimiliki. Perlu penanganan khusus yang melibatkan para ahli kejiwaan , ahli agama hingga relawan khusus trauma healing. Pendekatannya memang berbeda tergantung kadar trauma yang diderita korban bencana.

(Sumber :Jimmy K Santosa)
(Sumber :Jimmy K Santosa)
Nah, ketika saya mencoba membatik menggunakan canting. Menggunakan ‘malam’ lalu menggambar pola di kain yang disediakan. Saya mendapatkan sense yang unik. Dimana kerja motorik halus yang terhubung dengan pusat otak memberikan sebuah rangsangan yang positif.

Rangsangan itu saya rasakan sendiri bisa membuat orang yang sedang membatik melupakan apa yang tengah terjadi. Keasyikan membatik menggunakan canting membuat saya harus berkonsentrasi kepada pola gambar yang saya buat.

Proses men-canting di seluruh kain saja akan meminta waktu yang cukup banyak (tergantung luas kain).  Feel membatik menurut saya sangat mengasikkan. Lebih kuat dari sekedar membuat gambar pada kertas tulis. Karena men-canting memerlukan aktifitas mengambil cairan malam lalu meniup ujung rongga canting agar cairan malam bisa keluar dengan baik.

Faktanya, saya mendapatkan kesukaran ketika men-canting. Jangankan bisa menggambar pola dengan baik, yang ada saya malah menumpahkan cairan malam kekain yang saya miliki. Hal ini membuat saya harus berkonsentrasi dan mencara cara yang paling efektif untuk mengalirkan cairan malam dari rongga canting ke kain.

Motif Batik Tangsel ( dok : Nelty Fariza)
Motif Batik Tangsel ( dok : Nelty Fariza)
Canting dan Trauma Healing

Dalam tugas kemanusian seperti menghadapi bencana alam , peran relawan kemanusian sangatlah penting. Fase penanganan bencana biasanya dibagi dalam beberapa fase. Fase pertama adalah fase emergensi, dimana fase ini membutuhkan sifat cepat karena berurusan dengan penyelamatan korban dari reruntuhan, timbunan hingga tugas mengevakusi korban luka hingga korban meninggal .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun