Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama FEATURED

Film Nasional dan Kisah Bioskop Misbar

3 April 2016   06:56 Diperbarui: 30 Maret 2019   15:10 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber m.cbn.blog.hu)

Hari Film Nasional yang dirayakan pada tanggal 30 Maret memang punya sejarah tersendiri. Seorang sineas Indonesia , Usmar Ismail memulai syuting pertama film Darah dan Doa pada tanggal 30 Maret 1950. Inilah dasar penetapan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional (HFN). 

Film yang dibuat 100 persen oleh bangsa Indonesia ini menjadi tonggak perfilman nasional Indonesia. Film nasional pertama ini mendapat sambutan luas, bahkan Bung Karno memuji film nasional ini. Walau sebenarnya warga Jakarta sudah mengenal film sejak tahun 1900 , atau lima tahun dari berdirinya bioskop pertama didunia yang dibangun di Paris pada tahun 1895.

Saat itu film belum menggunakan audio alias film bisu. Orang Jakarta ketika itu menyebutnya gambar idoep. Bioskop pertama di Jakarta dibuka di Jalan Abdul Muis, Tanah Abang . Ketika itu penonton pria dan wanita dipisah karena kurang sopan bila sepasang pria dan wanita saling berdekatan.

Sejak itu bioskop tumbuh subur, pada tahun 1905 pengusaha keturunan Tionghoa mendirikan bioskop Elite di jalan Pintu Air dekat Masjid Istiqlal saat ini. Lalu pada tahun 1911 , didaerah Senen tepatnya di jalan Kalilio didirikan bioskop West Java oleh seorang pengusaha bernama Tan Khoen Yauw. Bioskop ini kelak menjadi gedung wayang orang Bharata.

Selain di Jakarta, bioskop juga tumbuh subur di kota besar lainnya seperti Surabaya. Film saat itu masih kalah pamor dibanding seni sandiwara. Maka selain berfungsi sebagai memutar film , bioskop juga dipakai untuk memainkan seni sandiwara. 

Bioskop Pasca Kemerdekaan

Setelah merdeka, bioskop di kota besar tumbuh subur . Bukan saja bioskop kelas menengah atas tapi juga bioskop kelas bawah.  Bioskop kelas bawah ini cukup banyak penggemarnya. Hiburan nonton bioskop menjadi hal yang menarik saat itu.

Masih ingat lagu Benyamin S tentang nonton bioskop yang terkenal itu? Memang pada awal tahun 1970 bioskop menemui masa jayanya. Bioskop mudah dijumpai di pelosok pelosok Jakarta.

Untuk bioskop kelas bawah ini saya punya kenangan tersendiri. Pada awal tahun 80an , di wilayah Jakarta Pusat banyak berdiri bioskop kelas ‘misbar’ yang artinya ‘gerimis bubar’. Bioskop kelas misbar ini selain murah meriah juga menyajikan film film Nasional dan Film asal India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun