Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cara Cerdas BNPB: Mengawinkan Sandiwara Radio dengan Edukasi Kebencanaan

17 September 2016   13:02 Diperbarui: 17 September 2016   13:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Kompasiana nangkring dengan BNPB (Dok : Pri)

Masih lekat dalam ingatan saya ketika Gunung Merapi mulai “batuk batuk” pada pertengahann tahun 2010. Gunung Merapi menjadi berita nasional bahkan dunia karena  aktifitasnya menunjukkan gejala gejala erupsi. Penduduk yang tinggal dalam radius bahaya mulai disosialisasikan , posko pengamatan dibangun, jalur evakuasi disiapkan, semua mulai sibuk.

Berita Gunung Merapi menjadi headline disetiap media nasional, baik cetak , elektronik  hingga media online. Hampir setiap hari berita terbaru Gunung Merapi di update. Secara geografis Gunung Merapi terletak diantara dua Provinsi , Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gunung Merapi memang punya daya tarik tersendiri, gunung aktif yang pernah meletus di zaman kolonial Belanda ini punya banyak cerita. Gunung Merapi memiliki seorang juru kunci yang  diangkat  Sri Sultan Hamengkubuwono IX.  Seorang lelaki sepuh bernama Mbah Marijan.

Cerita tentang Mbah Marijan diantara cerita mistis Gunung Merapi  memang menarik banyak minat para wartawan dan jurnalis media. Selain, pakar vulkanologi, ahli geologi hingga ahli mitigasi bencana yang memberikan pendapat dan ulasan ilmiahnya. Ucapan Mbah Marijan kadang lebih ‘menjual’ karena bumbu bumbu tentang misteri Gunung Merapi membuat suasana menjadi lebih dramatis.

Sementara aktifitas kebencanaan terus berjalan. Status Gunung  Merapi terus ditingkatkan karena tanda tanda erupsi mulai sering dan dalam skala meningkat. Gempa tremor dan luncuran awan panas dari kawah Gunung juga mulai memperlihatkan tanda tanda mengkhawatirkan.

Semua instansi yang terkait mulai melakukan persiapan tanggap bencana. Posko pengungsian mulai disiapkan. Penduduk desa yang tinggal dilereng gunung mulai diungsikan. Perkiraan para ahli kegunungapian telah memberikan keadaan yang terus membahayakan. Pos pangamatan juga terus mencatat kenaikan aktifitas gempa vulkanik pada alat saismograp. Gambar grafik yang tercatat menunjukkan status Gunung Merapi sudah dalam status bahaya.

Dan , benar saja  pada tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi  meletus dengan memuntahkan material dari perut gunung ke udara. Lava pijar mengangkasa , semburan awan panas yang disebut wedhus gembel menyapu seluruh lereng Gunung  . Letusan pertama ini membawa korban jiwa termasuk Mbah Marijan yang ditemukan tewas dirumahnya dalam keadaan sedang bersujud.

Gunung Merapi kembali erupsi  9 hari kemudian pada  4 November 2010. Erupsi kedua ini juga meminta korban jiwa. Tercatat korban yang meninggal dan dibawa ke  Rumah Sakit Sardjito berjumlah 178 orang dan puluhan orang lainnya dirawat. Korban meninggal seluruhnya diperkirakan berjumlah lebih dari 200 jiwa . Kebanyakan tersapu awan panas yang meluncur dari kawah Gunung Berapi. Awan panas yang dinamakan wedhus gembel ini sangat beracun sehingga orang yang menghirupnya akan langsung terkapar dan tewas.

S.Tidjab memberikan Poster Asmara di Tengah Bencana kepada Kepala Pusdatinmas BNPB (Dok:Pri)
S.Tidjab memberikan Poster Asmara di Tengah Bencana kepada Kepala Pusdatinmas BNPB (Dok:Pri)
Asmara di Tengah Bencana, Sebuah Sandiwara Radio Tentang Kebencanaan

Alam semesta terbuat dari cerita, bukan dari atom atom” ---Muriel Rukeyser---

Adalah S.Tidjab, seorang penulis cerita sandiwara radio yang tak asing lagi. Lewat tangan dinginnya , Asmara di Tengah Bencana ,cerita bergenre roman sejarah yang mengambil setting Kerajaan Mataram pada masa  kepemimpinan Sultan Agung .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun