Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Antara Aku, Kompasiana dan Bojoku

12 September 2014   00:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubunganku dengan bojoku (istri) selama ini baik baik saja. Normal. Walau aku bukan termasuk suami romantis yang penuh kata kata rayuan pulau kelapa. Aku adalah laki laki sederhana yang punya kegemaran menulis. Ya, sederhana bukan. Kegemaran yang tak membutuhkan biaya besar. Coba bila aku ini punya hobi main snorkling,diving, rafting, hiking, traveling dan ling ling yang lain. Itu kan bikin pusing. Selain butuh dana besar juga butuh waktu ekstra diluar rumah.

Kegemaran menulis itu sebenarnya sudah dibentuk  Ayahandaku sejak kecil. Entah apa maksudnya , hanya dua pelajaran yang diajarkan kepadaku. Matematika dan Mengarang alias menulis. Ayahandaku ini guru senior di sekolah dasar negri di bilangan tanah tinggi, Jakarta. Seorang PNS jujur yang takut korupsi. Hingga ia pensiun , ia hanya menggunakan sebuah sepeda ontel sebagai alat transportasinya. Padahal semua teman gurunya sudah mampu membeli sepeda motor. Harta kekayaannya jangan ditanya, sangat minimalis. Aku bangga terhadap ayahandaku ini. Ia pernah berkata : " Ayah tak akan mengeluarkan sepeser uangpun untuk menyogok agar saya menjadi seorang kepala sekolah. Kalau ayah menjadi kepala sekolah itu karena prestasi kerja bukan hasil menyogok." Alhasil hingga ia pensiun jabatan itu tak pernah diraihnya padahal golongan jabatannya sudah sangat memenuhi , IV C"

Menulis adalah kegemaran, hoby dan pelepasan emosiku. Aku bukan penulis hebat tapi aku ingin bermanfaat lewat menulis. Sejak bangku SD, SMP hingga perguruan tinggi aku menulis untuk pribadi. Hanya beberapa yang kukirim mengikuti lomba menulis. Rata rata tak berhasil, alias tak pernah juara. Aku tak pernah menyesal dan kecewa.Karena menulis buatku adalah ajang pemenuhan kebahagian hidup.

Istriku, adalah wanita sederhana yang tak mempunyai latar belakang dan kegemaran dengan dunia tulis menulis. Ia hampir tak punya minat menulis dan juga membaca. Sebuah kontradiksi dalam mahligai pernikahan kami. Untungnya Tuhan Maha Pengasih, kontradiksi ini tak sampai menyulut permasalan keluarga. Apalagi keretakan hingga perceraian mirip artis jaman sekarang yang gampang bercerai lalu kawin lagi. Aku cukup mengerti dan menerima kenyataan yang kurang menyenangkan ini. Istriku hingga kini masih menganggap dunia tulis menulis itu aneh dan ajaib. Katanya , aku kok mau mau mau-an nulis ini nulis itu lha wong belum tentu ada yang mau baca. Aku sedih walau terus mencoba bertahan dan menguatkan diri. Menulis tak harus banyak yang baca, tapi kalau tak dibaca orang rasanya juga jadi mubadzir.

Kompasiana, Aku mengenalnya sejak tahun 2012. Aku hanya menjadi silent reader. Tak berani masuk jadi anggota. Tak berani registrasi. Selain bahasannya sudah kelas atas, topiknya juga berat berat. Aku juga masih bekerja di sebuah perusahan multinasional yang sangat padat dan sibuk.Pergi pagi pagi dan pulang petang petang (sudah malam sekali). Seperti yang kutulis sebelumnya aku belajar menulis secara otodidak dibawah arahan ayahandaku, yang sebenarnya ia pun juga tak pandai menulis dan jarang sekali menulis.Aneh kan ? . Jadilah aku vakum selama beberapa tahun. Beruntung ada tawaran mengisi majalah internal perusahaan. Rupanya ada satu anggota redaksi yang melihat bakat menulisku. Jadilah aku penulis tetap pada majalah yang terbitnya setiap tiga bulan sekali.

Kembali ke kompasiana. Singkat cerita (biar tidak bertele tele) aku mengundurkan diri dari perusahanku pada pertengan tahun 2013. Aku memilih pekerjaan bebas, dengan waktu bebas pula. Saking bebasnya . Penghasilanku juga bebas alias tak jelas jumlah yang diterima. Nah , waktu yang cukup banyak inilah aku memulai kegemaran menulis. Satu novel kukebut, satu tulisan non fiksi juga kusikat. Diawal tahun 2014 aku menjadi kompasianer. Aku seperti menemukan habitatku.

Pengalaman pertama di Kompasiana

Aku menulis pertama kali dikompasiana pada tanggal 16 januari 2014 dengan judul : "First Time On The Kompasiana" dibaca 13 , satu komentar dan satu  nilai. Tulisan itu menjadi penyemangat kembali untuk kegemaran tulis menulis. Aku berjanji untuk rajin menulis dan terus menggali kemampuanku menulis. Jadilah artikelku berseliweran di kompasiana. Banyak yang minim dibaca hingga dibawah angka sepuluh. Aku tak surut, aku tak menyerah. Karena di dalam hati, aku tak perduli apakah artikelku menarik untuk dibaca, tapi aku memastikan artikelku harus punya nilai manfaat. Bukan artikel abal abal yang menyebar rasa kebencian dan ketidak sukaan terhadap golongan atau kelompok tertentu. Aku menjaga betul sikap dan pendirianku itu.

Istriku, walau dirimu kadang melihatku kurang suka ketika aku berada di depan laptop usangku. Aku pastikan bahwa aku mencintaimu sama seperti aku mencuntai duniaku, dunia menulis. Dan kompasiana telah menjadi bagian kecintaanku itu. Jangan pisahkan kami, karena diantara kita ada cinta yang sulit diterjemahkan oleh akal sehat.

Salam Kompasiana,Sambil  Menunggu Kompasianival.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun