Hari masih gelap ketika saya tiba di Palmerah, meeting point tepat berada di depan rumah kudus Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Mungkin saya adalah orang pertama yang tiba untuk mengikuti "Smart Traveler Pegang Kendali Wisata Cirebon" pada Sabtu, 10 Juni 2017.
Karena tak ada satu pun orang yang berada di depan BBJ, saya mlipir ke pasar Palmerah yang jaraknya sekitar 50 meter. Selain untuk menunaikan sholat subuh saya juga ingin melihat pasar di pagi hari. Bagi saya, pasar tradisional itu seperti magnet tersendiri.
Denyut pasar tradisional menjadi bukti kehidupan rakyat sesungguhnya. Parameternya sederhana, bila pasar tradisionalnya ramai dengan transaksi penjual dan pembeli maka bisa dipastikan perekonomiaan berjalan normal. Keadaan sosial aman terkendali,
Nah, kalau ingat kata terkendali jadi ingat taglinenya Bank Danamon "Saatnya Pegang Kendali". Mirip dan cocok menurut saya.Lha wong hidup harus bisa dikendalikan. Kalau tidak, ya bablas bisa berbahaya.
Di Pasar Palmerah pagi itu sudah mulai marak transaksi, beberapa penjual sudah  melayani pembeli. Saya melirik jam, sudah hampir pukul lima pagi. Saatnya saya merapat kembali ke BBJ. Dan benar saja, mobil ELF long chasis sudah nongkrong didepan BBJ. Beberapa peserta juga sudah hadir.
Ini tertanda keberangkatan ke kota udang , Cirebon tak akan lama lagi. Panitia dan pengurus KOTEKA juga  sudah ada. Ada Mas Kamil, Mas Ony dan juga Mas Diaz. Kesibukan di pagi buta itu nampak cair dan bersahabat. Saya berkenalan dengan kompasianer yang baru saya kenal.
Sebelum berangkat, ada briefing dari panitia untuk kesepuluh peserta. Rupanya, ada pembagian kelompok. Tiap kelompok beranggotakan lima orang. Jadi ada dua tim. Tim pertama disebut Tim Pegang sedang tim kedua disebut Tim Kendali.
Briefing tak memakan waktu lama, setelah dirasa cukup seluruh peserta memasuki mobil ELF dan bersiap berseru seru ria di kota Cirebon. We Go.....
Perjalanan dari Palmerah menuju Kota Cirebon ternyata lancar jaya. Dalam hitungan saya hanya butuh waktu 3 jam perjalanan. Waktu tempuh yang relatif cepat karena infrastruktur jalan yang oke punya. Full jalan bebas hambatan. Jalan Tol yang dibangun sudah saling menyambung. Pertama, tentu tol dalam kota, lalu masuk tol Jakarta-Cikampek, setelah itu masuk tol Cipali.
Mobil Elf yang kami tumpangi melaju trengginas. Meliuk liuk mengikuti kontur jalan. Saya duduk dibangku paling belakang, bersama Mba Muthia dan Mba Tamita. Dan saya baru sadar duduk dibangku paling belakang ternyata 'nikmat' (he he he...).