Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jemput Bola Layanan PSBR Bambu Apus Untuk Remaja Putus Sekolah di Tangerang Patut Diacungi Jempol

20 Oktober 2016   21:25 Diperbarui: 20 Oktober 2016   21:50 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PSBR Bambu Apus sendiri telah berdiri sejak tahun 1972 namun baru resmi beroperasi pada 15 September 1974. Awalnya PSBR Bambu Apus bernama  Panti Penyantun Anak (PPA) yang menerapkan pola asuh dengan sistem cottage . PSBR Bambu Apus berubah nama sejak 1 September 1994 berdasarkan keputusan Mentri Sosial nomor 14/HUK/1994.

PSBR Bambu Apus merupakan panti rehabilitasi percontohan yang berada di jalan PPA Nomor 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.Memiliki luas tanah 103.000 M2  dengan luas bangunan 20,062 M2. Daya  tampung PSBR Bambu Apus  hingga 150 orang penerima manfaat.

Saat ini PSBR Bambu Apus dikepalai Ignatia Sri Wuwuh Pujiningsih. PSBR Bambu Apus  memiliki lima jenis ketrampilan yang ditawarkan , Otomotif, Elektro, Las, Jahit dan Salon. Setiap peserta penerima manfaat boleh memilih ketrampilan yang diminati.

Daya jangkau layanan PSBR Bambu Apus tergolong luas , selain Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, DIY Yogyakarta hingga Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Boleh dibilang PSBR Bambu Apus  menangani setengah penduduk Indonesia. Dengan luas wilayah yang terbentang dari pulau Jawa dan sebagian Kalimantan tentu kerja PSBR Bambu Apus bukanlah pekerjaan ringan.

Hasil pelatihan Sablon yang baru diselesaikan peserta pelatihan
Hasil pelatihan Sablon yang baru diselesaikan peserta pelatihan
Kisah Agung Permana Penerima Manfaat Layanan Home Care PSBR Bambu Apus

Biasa dipanggil Agung. Remaja yang  lahir pada 10 September 1999 dari pasangan Iwan Kartiwan dan Nurhati ini tinggal disebuah rumah sederhana di sebuah kampung di Desa Sodong. Karena kedua orangtuanya tak mampu membiayai Agung melanjutkan ke SMA jadilah Agung  remaja putus sekolah.

Agung tak ingin menyerah, ia memilih melanjutkan ke sebuah pendidikan informal . Sebuah pendidikan agama yang berbasis boarding. Biaya yang murah (sukarela) dan pelajaran yang diminati membuat Agung betah walau harus tinggal ditempat yang sangat sederhana dengan fasilitas sangat terbatas.

Agung merasa belum cukup, sebagai remaja yang cukup aktif Agung merasa perlu memiliki ketrampilan aplikakatif yang mampu ia pergunakan untuk bekal hidupnya kelak. Gayung pun bersambut , Agung mendengar akan diadakan layanan home care PSBR Bambu Apus didesanya.

Ada beberapa ketrampilan yang ingin dikuasai . Sebenarnya Agung sangat ingin memiliki ketrampilan komputer. Apa saja yang bisa dilakukan oleh komputer nampaknya menjadi minat Agung. Mulailah Agung mencari tahu informasi pelatihan PSBR Bambu Apus.

Tak menunggu lama, Agung langsung mendaftar sebagai peserta. Setiap sesi diikutinya dengan semangat dan penuh perhatian. Bagi, remaja yang seharusnya duduk dibangku SLTA kelas dua ini tak ingin melepaskan momen belajar .  Beruntung, ketrampilan yang diajarkan desain grafis . Agung berharap setelah mendapat ilmu desain grafis , Agung bisa menerapkan ilmunya untuk membuka kesempatannya bekerja di perusahaan atau membuka usaha mandiri.

Walau masih terbayang dari mana uang untuk membeli perlengkapan seperti laptop/komputer , printer  dan scanner. Agung tak ingin menyerah. Menurut remaja ini rezeki sudah diatur Tuhan, manusia tinggal berusaha saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun