Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menabung, Dari Kisah Celengan Ayam Jago hingga Meja Teller yang Wangi

15 Mei 2016   11:15 Diperbarui: 15 Mei 2016   11:26 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Nangkring bersama LPS di Midtown Jakarta (sumber : Rushan )

Musibah kadang datang tiba tiba. Tak ada yang bisa menebak atau menerka datangnya musibah. Kapan dan bagaimana musibah yang akan datang memang misteri Tuhan. Manusia tak pernah tahu . Musibah kebakaran terjadi saat itu. Lokasinya  hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumah saya.

Keadaanya sangat kacau. Saya ketika itu sudah duduk dibangku SMP. Semua orang panik karena api yang bergerak sangat cepat. Melahap puluhan rumah yang padat dan terbuat dari material kayu. Saya ketika itu ikut sibuk mengeluarkan barang berharga  dari rumah. Khawatir api akan bergerak kearah rumah saya. Semua surat berharga dan beberapa celengan dikumpulkan ibu saya . Pada kejadian itupula  baru saya tahu , ibu memiliki beberapa celengan uang . Mungkin tabungan untuk beberapa keperluan.

Beruntung kejadian itu tak merembet kearah rumah saya. Petugas pemadam kebakaran dibantu warga berhasil memadamkan api. Tapi , kejadian itulah menjadi tonggak bersejarah. Seorang korban kebakaran, menangis tak kunjung reda. Padahal seluruh anggota keluarganya selamat, surat berharga dan beberapa harga berharga berhasil diselamatkan. Usut punya usust , korban kebakaran ini kehilangan seluruh uang tabungan yang ia simpan di bawah lemari pakaian. Jumlahnya cukup besar, karena akan dipakai untuk ongkos naik haji.

Sejak kebakaran itupula, kebiasaan menabung didalam rumah mulai berubah. Warga ketika itu mulai melirik keberadaan bank. Termasuk keluarga saya. Ibu dan ayah saya langsung membuka sebuah rekening tabungan di sebuah bank pemerintah. Seluruh tabungan di simpan di bank pemerintah tersebut.

Kejadian kebakaran yang merupakan musibah ternyata menjadi pelajaran berharga bagaimana seharusnya menyimpan uang. Bank yang ketika itu masih terasa asing menjadi hal yang biasa. Ternyata menyimpan uang di bank, jauh lebih aman. Terbebas dari musibah dan juga orang jahil.

Krisis Ekonomi Tahun 1997-1998 yang Mengguncang

Kejadian krisis ekonomi di Indonesia terjadi pada pertengahan tahun 1997. Awalnya , hanya merosotnya nilai tukar rupiah terhadap matauang  dolar US. Krisis juga dialami beberapa negara tetangga, dikawasan Asia, Korea Selatan lebih dulu diguncang badai krisis. Lalu berlanjut, ke Thailand, Malaysia lalu Indonesia.

Pondasi ekonomi Indonesia ketika itu sangat rapuh. Beban hutang luar negeri sangatlah tinggi. Ketergantungan barang impor membuat harga barang melambung tinggi didalam negeri. Banyak barang yang tiba tiba melonjak tajam.

Begitu juga sebagian barang yang dibutuhkan seperti minyak, susu dan barang elektronik menjadi sangat mahal.

Selain mahal terjadi pula kelangkaan barang, saya masih ingat bagaimana semua produk susu habis dipasaran. Semua orang berebut ingin membeli. Walau harganya sudah meroket, karena kebutuhan tak lagi dipikirkan.

Krisis nilai tukar lalu berubah menjadi krisis moneter hingga menjalar menjadi  krisis ekonomi yang meluluhlantakan Indonesia.Gelombang PHK besar besaran terjadi karena banyak perusahaan gulung tikar.  Kesehatan keuangan di pasar uang juga terganggu. Bank sebagai institusi keuangan mengalami tekanan yang luar biasa. Ketidakpercayaan nasabah kepada bank membuat pengambilan simpanan di bank begitu massif. Terjadi Rush.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun