Tudingan miring diarahkan ke pengelola transportasi online, mulai tak mengikuti aturan UU Transportasi, tidak bayar pajak hingga mengambil jatah penumpang pihak lain.
Jadilah masalah ini semakin ruwet karena pihak regulator ternyata tak cepat mengambil sikap dengan membenahi dan merangkul transportasi online yang semakin besar dan masif . Pihak regulator yang lambat menjadi biang kemarahan pengemudi konvensional.
Hukum Alam berlaku
Bila mau mundur kebelakang, kehadiran teknologi memang telah menggilas banyak usaha yang tak mampu berubah. Ingat dulu, usaha warung telekomunikas (wartel) yang mewabah pada awal tahun 90-an sebelum handphone hadir.
Banyak pengusaha kecil dan rumahan yang membuka usaha ini. Hasilnya lumayan. Hampir disetiap pojok jalan selalu saja ada wartel. Baik di ruang publik hingga dikawasan perumahan. Usaha wartel begitu menggoda.
Investasi digelontorkan, puluhan ribu wartel berdiri . Pelanggannya juga antri untuk bisa menghubungi orang lain. Beberapa tahun kemudian , handphone pun muncul. Harganya masih selangit , nomor perdananya juga mahal. Operator juga masih terbatas. Tapi lambat laun seiring waktu handphone semakin murah dan harga nomor perdana semakin murah hasilnya wartel terjungkal. Habis ditinggal pelanggannya yang beralih menggunakan handphone.
Kantor Pos juga mengalami hal serupa. Lalu lintas surat tertulis langsung amblas ketika jaringan internet dan handpone semakin pintar . Orang tak lagi menulis surat menggunakan kertas tapi menggunakan email yang mudah, cepat , akurat dan murah.
Beruntung saja kantor pos bisa mengakali dengan layanan pembayaran online dan paket pengiriman sehingga kantor yang didominasi warna oranye ini masih tetap eksis hingga saat ini.
Selain wartel, koran cetak dan majalah cetak yang jadi korban berikutnya. Kehadiran media online melibas koran cetak yang dinilai lambat dan tidak praktis lagi. Satu per satu koran dan majalah cetak gulung tikar karena semakin sedikit yang beli. Para pemasang iklan juga beralih ke media online yang lebih jauh jangkauannya.
Belum lagi perusahan distributor CD musik yang kehilangan pangsa pasar karena orang lebih memilih mengunduh lagu dari internet atau membeli secara online. Beberapa waktu yang lalu sebuah perusahan distributor CD yang cukup terkenal akhirnya memutuskan menutup usahanya. Tragis.
Masih ingat Nokia dan Blackberry yang kian terpuruk. Nokia malah telah tewas lebih dulu. Apa salah keduanya ? Padahal keduanya hidup didalam dunia teknologi.
Perusahaan jasa travel konvensional juga kini semakin terdesak dengan perusahan travel online yang semakin cepat dan lebih murah.