Saya pun juga tak mau mencari pencitraan, lalu berbangga diri telah punya bakti untuk mengentaskan kebodohan dengan menjadi guru relawan . Karena saya berkaca tak memiliki banyak hal untuk dibagi. Hanya remah remah ketrampilan yang mungkin saja berguna untuk orang lain.
Maka ketrampilan berbahasa dan menulis menjadi bahan yang saya bagikan kepada murid murid . Berharap kelak ada satu dua anak yang menjadi penulis yang berguna, penulis yang membawa kemanfaatan bagi banyak orang.
Siang itu, hari pertama, saya makan bersama murid murid dengan lauk ikan asin , tahu, tempe dan lalapan. Menunya sederhana tapi nuansa yang saya rasakan tak sesederhana yang ada dalam pikiran saya. Yang saya pikirkan, mampukan saya menjadi guru yang baik untuk tiga puluh anak yang bercita cita melepaskan jerat kemiskinan .
Paling tidak semangat belajar yang harus saya tumbuhkan. Semangat yang pernah hilang . Semoga saja saya mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H