Tiga pesat Hercules terbang rendah pada malam buta 23 Juni 1962. Malam yang pekat memang membantu dalam penerjunan sangat rahasia 213 pasukan Indonesia . Hanya hamparan hitam yang terlihat dari atas pesawat. Dua pasukan yang baru bertemu beberapa jam saja harus memulai operasi jauh dibelakang garis pertahanan musuh.
Walau nyatanya pasukan ini adalah pasukan khusus yang terlatih untuk melakukan pertempuran disegala medan tetap saja bukan perkara mudah beroperasi di hutan pekat papua yang terkenal ganas. Dropping Zone yang dipilih adalah sungai Merauke. Dengan perhitungan pihak Belanda menempatkan para istri dan anak anak mereka di kota Merauke. Pilihan ini memang siasat untuk memecah perhatian Belanda digaris depan.
Anggota pasukan yang setiap orangnya harus membawa perbekalan seberat 20 Kg mulai berlompatan menggunakan parasut statis jenis D1 buatan Rusia. Melompat tanpa tahu dimana akan mendarat. Wajah wajah kaku dengan perasaan berkecamuk itu satu satu mengikuti perintah Jumpmaster di pintu pesawat. Operasi rahasia ini diikuti 56 pasukan RPKAD dan 150 pasukan Raiders Batalyon 530/Para yang berasal dari Kodam VIII/Brawijaya.
Kesulitan pertama dan juga mematikan adalah pendaratan pasukan. Selama operasi penyusupan ke wilayah Papua dalam rangka Trikora yang dicanangkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Infiltran yang disusupkan sebelumnya selalu hilang seratus persen. Tak ada perlawanan dari para infiltran yang disusupkan. Hal ini tentu membuat gusar para petinggi TNI di Jakarta. Apalagi Indonesia sedang berjuang dimeja perundingan. Efek adanya wilayah yang berhasil direbut di Papua menjadi kunci penting dalam perundingan dengan pihak Belanda.
Maka Mayor Jenderal Ahmad Yani meminta diadakan operasi serangan dalam jumlah pasukan yang cukup besar. Permintaan ini rupanya tak berani diambil para perwira tinggi hingga akhirnya seorang perwira menengah berusia 29 tahun harus memimpin operasi . Kapten Benny Moerdani yang diminta sebagai komandan . Operasi inipun yang diberi sandi 'Operasi naga'.
Operasi ini memang terbilang berat dan nyaris dinilai akan menemui kegagalan. Selain medan yang ganas , perlengkapan pihak Belanda jauh diatas rata rata pasukan Indonesia. Apalagi Belanda menempatkan peralatan canggih dan pasukan pasukan terlatih termasuk Kolinklijke Mariniers yang punya daya jelajah dan kemampuan tempur yang diakui didunia.
Benar saja penerjunan rahasia di malam pekat itu salah sasaran. Dropping Zone yang dipilih ternyata sungai Kumbai yang berjarak 30 Km dari Merauke. Kesalahan itu tentu menyulitkan dan harus ditebus dengan banyak anggota pasukan yang hilang dan gugur. Pasukan pun terpencar pencar dan sebagian tak pernah ditemukan hingga Papua diserahkan Belanda kepada Indonesia.
Tentang hilang dan gugurnya anggota pasukan memang sudah diprediksi sebelumnya. Rata rata angka hilangnya pasukan mencapai 60% dan hanya 40% yang selamat dalam penerjunan. Penyebab gugurnya anggota pasukan akibat pepohonan di hutan papua yang sangat tinggi (+/- 30 meter) selain itu daerah pendaratan yang berupa rawa rawa yang berisi buaya muara atau dibunuh penduduk lokal yang pro-Belanda. Walau setiap anggota pasukan dibekali tali yang panjangnya mencapai 25 meter untuk turun ke tanah tetap saja banyak anggota pasukan yang tersangkut diatas pohon. Malah banyak diantaranya telah menjadi mayat dan tergantung diatas pohonbersama parasutnya .
Dalam operasi naga dari 213 orang yang diterjunkan yang berhasil berkumpul tak lebih dari 60 orang anggota pasukan pada hari kedua operasi . Walau hanya 60 anggota pasukan yang berhasil berkumpul tapi tak menyurutkan mental tempur pasukan. Peralatan tempur yang berhasil selamat siap digunakan. Beruntung radio mobile penghubung dengan induk pasukan berhasil selamat dalam penerjunan . Sebulan setelah penerjunan barulah diketahui bahwa pesawat Hercules yang membawa pasukan Raiders Batalyon 530/Para malah menerjunkan pasukan di hulu sungai Maro. Pasukan yang terpisah itu akhirnya bertemu ketika memasuki Merauke. Operasi naga kehilangan 56 orang anggota, 36 gugur dalam pertempuran dan penerjunan sedang 20 orang lainnya tak ditemukan atau Missing In Action (MIA)
Setelah merapikan parasut ditempat tersembunyi dan menguburkan anggota pasukan yang gugur di pinggir sungai Kumbai pasukan mulai bergerak. Walau tak semua anggota pasukan yang gugur bisa dikuburkan karena ada sebagian anggota yang tewas ditengah rawa rawa yang dalam atau tergantung diatas pohon yang sangat tinggi dan sulit dijangkau.
Kelak ketika papua telah diserahkan kembali kepangkuan RI , seluruh jasad pasukan yang gugur dipindahkan ke makam pahlawan dan dikuburkan dengan layak.
Pasukan mulai bergerak mendekati kota Merauke