Horor di balas horor. Kekerasan di balas kekerasan. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan para teroris yang dengan sukses membangun opini dunia. Yang menjadi korban, warga sipil yang tak berdosa. Warga sipil yang berakhir pekan tanpa terpikir ada perang yang mengintai . Padahal ada pertempuran yang diikuti negera mereka nun jauh dibelahan dunia lainnya.
Konstelasi Dunia saat ini memang mengarah pada kekerasan negara melawan kelompok milisi bersenjata. Secara kasat mata , bukan negara lawan negara . Tapi milisi bersenjata melawan gabungan negara yang memiliki kekuatan militer. Lihat yang terjadi di Irak, Suriah, Yaman, Afghanistan, sebagian Afrika.
ISIS menjadi fenomena baru. Kekuatan militer kelompok yang memproklamirkan sebagai negara Islam Irak-Suriah ini memiliki sumber daya militer yang mencengangkan. Sumber daya keuangan yang besar disinyalir didapatkan dari ladang minyak yang mereka kuasai. Untuk sumber daya manusia ISIS juga ajaib. Mampu menarik minat banyak orang dari seluruh penjuru dunia untuk bergabung dan berjuang.
Negara barat yang dipelopori Amerika berusaha mematahkan kekuatan militer ini. Bersama sahabat sahabatnya yang tergabung dalam aliansi NATO. Kekuatan barat mengoyak ngoyak kekuatan ISIS. Bukan itu saja Amerika bahkan memodali para pejuang Kurdi dengan peralatan, pelatihan dan dana yang sangat besar agar menghajar kekuatan ISIS di Irak.
Prancis juga tidak mau ketinggalan untuk membantu menghancurkan kekuatan ISIS. Pertempuran ini sebenarnya sangat menyengsarakan warga sipil di kawasan konflik. Ratusan ribu orang mengungsi, kehilangan rumah, pekerjaan dan harta benda. Hidup terbatas bahkan mati sia sia. Ingat jumlahnya bukan ratusan orang tapi ratusan ribu orang.
Tak ada satu pihak yang mencari solusi damai dari konflik yang terjadi di kawasan timur tengah. PBB juga tak berdaya. Akhirnya kekerasan dilakukan untuk membuat suasana menjadi ‘damai’. Dengan menghancurkan kekuatan musuh maka kedamaian akan terjadi di kawasan ini. Sayangnya, ada pihak pihak yang juga memanfaatkan suasana ini. Para penjual senjata , penjual minyak ilegal hingga mafia gelap lainnya ikut menikmati. Perang akhirnya meluas . Para teroris yang dikirim ISIS langsung kepusat jantung kota lawan lawan mereka. Bom meledak, peluru peluru berdesingan , hingga bom kimia dihantarkan langsung. Korbannya sekali lagi warga sipil yang tak berdosa .
Lalu setelah Paris diserang . Korban tak berdosa berjatuhan. Teroris tak akan menurunkan tensinya. Celah celah keamanan yang rapuh ditembus. Intelijen yang tak tanggap bakal menerima akibatnya. Teror Internasional akan menjadi senjata baru yang meresahkan dunia. Serangan terhadap Paris jum’at malam tak ayal membuat pemerintahan negara ini bereaksi keras . Tudingan sudah dialamatkan. ISIS bertanggung jawab. Perang global yang lebih memanas akan bertambah seru. Akan ada aksi balasan. Akan ada serangan militer masif ke arah kawasan Irak dan Suriah. Mungkin operasi gabungan antara Amerika, Prancis, Inggris, Jerman, Kanada, Australia hingga Jepang dan Rusia.
Kekuatan militer penuh akan mengarah ke kawasan yang didudukI ISIS. Pasukan elite , marinir, komando gurun pasir akan menyisisr kota kota yang disinyalir menyembunyikan pimpinan tertinggi ISIS.
Setelah serangan besar itu dilakukan. Dua kemungkinan yang akan terjadi . Bila berhasil. ISIS lumpuh dan sirna dari muka bumi tapi bila gagal ISIS akan tetap bercokol menebar teror keseluruh dunia.
Seperti itulah mekanisne dalam perdamaian dunia saat ini. Siapa yang kuat akan membuat ‘damai’. Dunia memang tak merasa perlu untuk membuka celah damai. Karena nampaknya celah itu mustahil ada. Mustahil bisa berdamai.
Sekali lagi perang akan berlanjut sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Sayangnya, masyarakat sipil yang tak berdosa menjadi korban. Mati sia sia akibat pemerintahannya sedang berburu tikus disawah orang lain.
Entry Point