Menjelang tengah hari para kompasianer mendapat kesempatan untuk mengunjungi desa pancawati. Dua mobil kami pun meninggalkan lokasi pabrik Ciherang , melalui pasar cikeretek lalu terus menanjak . Jalan yang tak terlalu besar tak menyulitkan kami, dua mobil kami mampu meliuk liuk melewati jalan berbatu yang masih dalam taraf pengerasan.Sepeda motor penunjuk arah yang membantu kami ditengah perjalanan memberikan info keliru sehingga bus kami malah memasuki sebuah lokasi penginapan . Perjalanan kembali dilanjutkan , kini pemandangan cukup menakjubkan . Dikiri kanan nampak rumah rumah peristirahatan, losmen penginapan dan bungalow. Pemandangan pohon pinus yang tinggi menjulang . Rerimbunan hutan taman nasional telah tampak bagai lukisan yang indah , gugusan lanskap gunung salak dikejauhan yang terselimuti kabut putih sungguh mempesona hati. Rasanya tak perlu cepat cepat kembali ke Jakarta. Rintik rintik hujan semakin deras. Udara dingin.
Desa Pancawati adalah desa yang terletak disisi Taman nasional gunung gede pangrango resort Cimande kecamatan Caringin . Diwilayah inilah pihak Aqua dibawah Pabrik Ciherang melakukan penanaman pohon. Semua pohon yang telah ditanam dan tumbuh akan diupdate melalui sistem database pohon online. Semua pohon ditanam dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Sebagai rewardnya pabrik Ciherang memberdayakan ekonomi masyarakat dengan program konservasi berbasis ekonomi masyarakat (KOBEM)
[caption id="attachment_363199" align="aligncenter" width="448" caption="Program Konservasi Berbasis Ekonomi Masyarakat (KOBEM) "]
Program KOBEM yang diinisiasi oleh Pabrik Ciherang di wilayah desa Pancawati mengembangkan beberapa pemberdayaan antara lain : bantuan pelatihan, bantuan bibit tanaman, pertanian ramah lingkungan dengan sistem organik dan pengelolahan pasca panen dengan industri rumahan sebagai nilai tambah penghasilan petani dan masyarakat.
[caption id="attachment_363205" align="aligncenter" width="448" caption="Hasil produksi rumahan , produk pasca panen."]
Perjalanan kami akhirnya sampai juga dengan selamat . Sebuah tenda sederhana dengan atap terpal berwarna biru . Alasnya pun tikar pandan dan terpal plastik. Di Tenda itu sudah menunggu puluhan wajah wajah ceria masyarakat desa Pancawati yang tergabung dalam kelompok petani, pelaku industri rumahan hingga beberapa pelajar berpakaian pramuka. Beberapa hasil industri rumahan dipajang seperti kripik salak, kripik pepaya , juga hasil tani seperti timun, buncis, lenca . Ada juga hasil pembuatan kompos alami, pupuk cair organik dan tanaman hasil budidaya lokal. Kompasianer asal Tangsel , Ngesti Setyorini pun sibuk memborong tanaman untuk dibawa pulang. Beberapa kompasianer juga terlihat membeli hasil tani dan industri rumahan sebagai oleh oleh dan membantu upaya pemasaran petani.
[caption id="attachment_363204" align="aligncenter" width="448" caption="Hasil Tani Organik Petani desa Pancawati"]
Di tenda sederhana itulah kembali diadakan pemaparan oleh Leonarda Ibnu Said seorang ahli air dari Kemitraan Air Indonesia (KAI) . Kompasianer Dzulfikar mengira Pak Leo seorang kompasianer karena sejak pagi lelaki setengah baya ini ikut bergabung dengan mobil kompasianer. Dengan suasana santai pak Leo biasa ia disapa memulai pemaparannya. Dari pemaparannya diketahui bahwa Indonesia seharusnya bersyukur atas kelimpahan sumber daya air. Namun masyarakat Indonesia mayoritas belum sadar dan abai melaksanakan kelestarian air termasuk melakukan penghematan penggunaan air. Banyaknya pencemaran air dan pengrusakan daerah aliran sungai yang membuat bencana banjir di beberapa tempat. Setelah pemaparan, beberapa pertanyaan diajukan kompasianer asal Jakarta yang telah lama menetap di Korea selatan, Ony Jamhari. Dari jawaban pak Leo disebutkan adanya perkembangan yang menggembirakan dengan berhasilnya waduk Pluit kembali kepada perannya semula. Mulai ada keinginan dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah sumber daya air yang bisa menjadi kutukan bencana, seperti banjir, longsor hingga kekeringan .
[caption id="attachment_363207" align="aligncenter" width="448" caption="Pembibitan tanaman sebagai bibit tanaman kayu dan tanaman buah"]
Setelah pak Leo, pemaparan dilanjutkan Dadang, selaku Pemangku Taman nasional gunung gede pangrango. Lelaki berseragam seperti polisi hutan itu menyampaikan peran konservasi taman nasional sebagai situs penjaga biosfir dunia yang ditetapkan oleh badan internasional dunia . Selain itu Dadang juga menyampaikan jumlah kekayaan flora dan fauna yang masih terjaga dengan baik di taman nasional dan harapannya terhadap kelestarian hutan di taman nasional. Ada 700 jenis flora dan 300 jenis burung yang hidup di taman nasional. Dadang menjelaskan 30% jenis burung endemik di pulau Jawa ada di taman nasional gunung gede pangrango. Selain itu masih terdapat macan dahan yang hidup berkeliaran bebas tanpa terganggu. Sebuah kekayaan hayati yang membanggakan hati.
Setelah Dadang dari Taman nasional kini giliran Dadan dari LSM Gamelina yang mengajak semua kompasianer untuk berperan serta dalam penyelamatan dan pelestarian sumber daya alam khususnya sumber daya air. Setelah termin tanya jawab dan hari yang semakin sore akhirnya acara ditutup secara resmi oleh Ibu Vijaya . Sebuah harapan telah diminta agar para kompasianer ikut menyebarluaskan semangat pelestarian alam keseluruh orang . Mengingatkan kembali sesungguhnya kita hanya meminjam alam ini dari anak cucu kita. Jangan warisi anak cucu kita dengan air mata namun warisilah anak cucu kita dengan mata air.