Menulis itu memang seru !
Inilah kalimat pertama yang ingin kusampaikan di awal tulisan ini. Karena dari menulislah banyak hal yang bisa kupelajari, bahkan sampai mendapat sesuatu yang sebelumnya tidak kuduga. Perkenalanku dengan dunia menulis sebenarnya sudah dimulai sejak SMA namun semakin intensif setelah masuk bangku kuliah walau naik turun moodnya. Hingga setelah wisuda di tahun 2003, nasib mengantarkanku menjadi seorang guru, profesi penuh pengabdian yang telah lama kuidam-idamkan.
Di sela-sela berjuang mencerdaskan anak-anak bangsa yang luar biasa, kegandrunganku dengan dunia literasi tidak pernah padam. Rasanya tangan ini gatal kalau tidak menulis. Ada saja yang mendorong jari-jariku menari di atas keyboard laptopku atau di atas buku catatanku. Banyak hal yang kutuliskan di sana, kebanyakan berkaitan dengan dunia mengajar, sesuai dengan habitatku saat ini.Â
Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang (akan) terjadi. Itulah kata-kata yang pernah kudengar dari kompasianer kawakan Niken Satyawati, saat mengisi seminar tentang menulis di sekolahku MAN 1 Solo. Hal inilah yang kemudian menambah semangatku dalam menulis semakin membara. Menulis apa saja yang kudengar, lihat dan rasakan. Hingga tanpa terasa semakin banyak tulisan yang telah kubuat.Â
Tibalah di awal 2015. Ketika membuka internet kubaca pengumuman lomba menulis bagi guru yang diadakan oleh Acer bekerjasama dengan Guraru (Guru Era Baru). Merasa tertantang dan ingin mencoba mengaktualisasikan diri, kuberanikan diri mendaftar.  Lomba yang mengambil tema tentang Bulan Pendidikan 2015, kukirimkan 15 hasil tulisan yang pernah kuposting di blog pribadiku. Kebanyakan merupakan pengalaman mengajar di sekolah. Rasanya senang saja ketika pengalaman mengajarku "bersaing" dengan naskah-naskah dari guru lain di seluruh Indonesia. Waktu 1 bulan pengiriman naskah terasa begitu lama. Hingga tibalah saat pengumuman pemenang. Kubuka laman www.guraru.org dan kucari pengumuman pemenang lomba. Dan....penantianku selama sebulan terbalas lunas manakala kulihat ada namaku terpampang menjadi salah satu pemenang.
Pasca lomba ada ide dari para "alumni" peserta lomba menulis Guraru untuk membuat buku bareng. Temanya tentang pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Namun terbatas hanya untuk 15 guru pendaftar pertama. Langsung saja tanpa pikir panjang ku daftarkan namaku di sana. Mengirim dua naskah andalan yang ada, kuberharap bisa lolos dipilih untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk buku. Kenapa ? Karena sudah menjadi obsesiku ingin bisa mencetak buku. Namun selama ini terbentur pada masalah biaya dan tentu saja tidak mudah menembus dapur penerbit. Namun syukurlah, ternyata Guraru memberikan media buat guru-guru yang ingin bisa mencetak buku. Dengan konsep buku indie, kita "urunan" untuk bisa mencetak buku. Bagiku tidak mengapa karena ini adalah langkah awal bagi kami untuk bisa mencetak buku sendiri.Â
Alhamdulillah...ternyata naskah yang aku kirimkan ke Guraru terpilih salah satunya. Selanjutnya adalah proses masuk dapur penerbit. Ternyata lama juga ya menunggu selesainya pencetakan buku. Dari info yang kudapat buku "proyek kroyokan" ini akan dimintakan nomor ISBN dari perpustakaan nasional. Wah kereeen nie...khan nilainya besar kalau untuk mengajukan kenaikan pangkat," begitu gumamku. Hari demi hari, bulan demi bulan, akhirnya setelah menunggu hampir 3 bulan, buku indie guraru telah jadi. Tepat di tanggal 10 Agustus 2015, saat kutanyakan ke pegawai TU apakah ada kiriman paket buatku, ternyata ada dan itu adalah buku yang telah lama kunantikan. Memang pada awal pembuatan buku ini disampaikan bahwa nanti buku akan dikirimkan ke alamat sekolah masing-masing. Dan inilah....buku yang telah lama kunantikan telah ada di tanganku.
Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang (akan) terjadi....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H