Mohon tunggu...
Rusdi Mustapa
Rusdi Mustapa Mohon Tunggu... Administrasi - Guru sejarah yang suka literasi, fotografi, dan eksplorasi

Guru sejarah yang menyukai literasi, fotografi dan eksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HW, Gerakan Kepanduan yang (Masih) Eksis

14 Juli 2016   01:09 Diperbarui: 14 Juli 2016   06:50 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana kota Solo satu minggu berjalan terasa berbeda. Di sudut-sudut kota terpasang ratusan bendera berwarna hijau dengan hiasan garis kuning. Sekilas seperti bendera Amerika namun ini berwarna hijau. Sejenak berfikir "ini bendera apa sih ?". Dan ternyata jawaban dari pertanyaan yang muncul hampir satu minggu terjawab sudah. Tepatnya di hari Rabu 13 Juli 2016, di jalan Slamet Riyadi, yang merupakan jalan utama kota Solo, puluhan bahkan ratusan orang mengenakan seragam yang sekilas seperti seragam pramuka, namun ada yang sedikit berbeda. Kalau seragam pramuka yang sering kita lihat berwarna coklat muda  dan coklat tua, tapi yang ini mereka memakai kemeja berwarna keki tua dan celana panjang berwana biru tua. Siapakah mereka ?  Pertanyaanku kembali terjawab ketika kubaca di dada sebelah kiri terpampang tulisan "Hizbul Wathan". Saat itu mereka sedang mengikuti pawai ta'aruf (perkenalan) dalam rangka Muktamar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ( sering disingkat HW) ke 3 yang bertempat di kota Solo mulai 13 - 16 Juli 2016. Kegiatan pawai ini diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia, yang terlihat dari papan nama yang dibawa oleh petugas. Ada yang dari Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Papua, Lampung dan lain-lain. Ternyata pagi itu merupakan pawai dalam rangka pembukaan muktamar. 

Peserta pawai dari seluruh Indonesia ( dok. penulis)
Peserta pawai dari seluruh Indonesia ( dok. penulis)
Suasana begitu semarak ketika melihat anggota HW berjalan dengan tegap sambil membawa bendera kebesarannya. Ada juga yang membawa alat-alat yang biasa dibawa dalam kegiatan pramuka misalnya semaphore, tali-temali dan lainnya. Yang menarik buatku ketika melihat ada anggota HW yang terbilang sudah "sepuh" dengan penuh semangat mengikuti pawai itu. Bahkan ada bpak-bapak tua dengan pakaian HWnya menyapaku, " ayo mas, ikutan jalan.." sambil meraih tanganku yang saat itu berdiri di pinggir jalan melihat pawai itu. Dan aku hanya tersenyum sambil berkata terima kasih. Salut dengan semangat bapak anggota HW itu. 

Anggota Wreda HW yang tetap semangat ( dok. penulis)
Anggota Wreda HW yang tetap semangat ( dok. penulis)
Lalu muncul pertanyaan di kepalaku, " apa bedanya HW dengan pramuka ?". Dari hasil penelusuran aku mendapatkan informasi bahwa HW atau lebih lengkapnya Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan organisasi otonom (ortom) di lingkungan Muhammadiyah yang khusus dalam bidang kepanduan. Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Hizbul Wathan sendiri berarti "Cinta Tanah Air". Kenapa disebut dengan Kepanduan ? Ternyata hal ini tidak lepas dari sifat HW yang merupakan sistem pendidikan luar keluarga dan sekolah yang bertujuan membentuk dan membina watak anak, remaja dan pemuda dengan metode menarik, menyenangkan, dan menantang serta dilaksanakan di alam terbuka. 

Peserta pawai ta'aruf HW ( dok. penulis )
Peserta pawai ta'aruf HW ( dok. penulis )
Menurut sejarah, HW didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ( yang juga sebagai pendiri Muhammadiyah) pada tahun 1918 yang semula bernama " padvinder Muhammadiyah" dan selang dua tahun kemudian berganti nama menjadi Hizbul Wathan. Inspirasi mendirikan Kepanduan Hizbul Wathan di dapat ketika KH. Ahmad Dahlan sehabis mengisi pengajian di Solo, melihat anggota pandu yang sedang berlatih di alun-alun Mangkunegaran. Saat itu KH. Ahmad Dahlan memanggil beberapa guru Muhammadiyah dan berkata :

"Saya tadi pagi di Solo sepulang dari Tabligh sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun Solo melihat anak-anak baris-berbaris, sebagian bermain-main, semuanya berseragam, baik sekali ! Apa itu ?"

Salah seorang guru Muhammadiyah yang dipanggil menjawab bahwa mereka anggota Javaanche Panvinderij Organisatie ( Pandu Mangkunegaran). Mendengar itu KH. Ahmad Dahlan menjawab :

"Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk leladi menghamba kepada Alloh".

Itulah tonggak awal lahirnya HW, yang ternyata terinspirasi dari pandu Pura Mangkunegaran. Perjalanan Hizbul Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian, perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbul Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.

Tentang nama Hizbul Wathan ternyata ada kisahnya.  Nama ini diambil dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya. Sehingga nama inilah yang kemudian dipakai menggantikan nama Padvinder Muhammadiyah tahun 1920. Tercatat dalam sejarah, banyak anggota HW yang kemudian ikut berjuang melawan penjajah, salah satunya adalah Jenderal Sudirman ( Panglima Besar TNI/Bapak TNI). Tokoh-tokoh lain misalnya Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Mantan Ketua MPR), Soeharto (mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain. 

Lalu apa beda HW dengan Pramuka ? Pada dasarnya HW dan Pramuka sebagai gerakan kepanduan adalah sama tujuannya yaitu mendidik anak-anak bangsa. Namun yang membedakan adalah HW menekankan pada kepanduan Islami dengan menerapkan akidah Islam dalam setiap aspek kegiatan kepanduan. Sebagai sebuah gerakan kepanduan yang memiliki tujuan mulia untuk mendidik generasi muda, gerakan kepanduan Hizbul Wathan merupakan sarana pembentukan karakter pemuda agar menajdi sosok-sosok yan bisa membawa perubahan bagi bangsa. Karenanya keberadaan HW perlu dipertahankan dan tetap dilestarikan. Karena dari sosok-sosok pemuda yang berkarakter itulah masa depan bangsa ini akan dipertaruhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun