Pengajian kitab Riyadhus Shalihin yang dilaksanakan setiap bulan oleh Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Sumenep, kali ini, Jumat, 6 Agustus 2021, dilaksanakan di rumah Hj. Thoyyibah, di Jl. Teuku Umar 148 Pandian Sumenep. KH A. Hanif Hasan, pengampu pengajian ini hadir tepat waktu.Â
Sesaat setelah azan berkumandang, setelah salat ashar, kami (para alumni) sudah siap untuk melaksanakan pengajian. Kitab Riyadhus Shalihin yang biasa kami bawa sudah siap di tangan masing-masing. Menimba ilmu tidak dibatasi oleh waktu, tempat, atau bahkan umur sekalipun.
Tetapi apa hendak dikata, sebelum acara pengajian dimulai ternyata ada takdir musibah yang menimpa tuan rumah. Salah satu keluarga dekatnya (sepupu) telah meninggal duniaÂ
Hal ini menjadikan kegiatan pengajian ini menjadi terkendala. Kiai Hanif memutuskan untuk tidak membahasa kitab, akan tetapi diganti dengan pembacaan tahlil yang dikhususkan kepada almarhum, yang baru saja meninggal. Hal ini sebagai ungkapan turut berbela sungkawa, serta menghormati tuan rumah untuk fokus kepada prosesi pemakaman.
Berhubung dengan kondisi musibah tersebut, Kiai Hanif memulai acara tahlil dengan tawassul, khususnya kepada yang baru meninggal, juga kepada para sesepuh keluarga yang lainnya. Setelah tawassul dan pembacaan fatihah dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Ustaz Slamet Riadi. Dengan penuh khidmat dan khusyuk, kami membaca tahlil dan bacaan-bacaan lainnya, agar mereka yang telah mendahului kita mendapat syafaat dan ampunana dari Allah swt.
Acara pembacaan tahlil ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh pengasuh. Doa yang diharapkan menjadi pelipur lara, serta oase kehidupan setelah kembali ke hadirat Allah swt. Kami berharap bahwa meskipun acara pengajian tidak berjalan sebagaimana mestinya, akan tetapi musibah yang menimpa tuan rumah dapat dijadikan pelajaran bagi semua tanpa kecuali.
Terkait dengan musibah, di dalam Al-Quran dijelaskan, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun: 11). Jadi musibah merupakan ujian dari Allah swt. Oleh karena itu, sebagai bagian dari ujian kita diharapkan tetap sabar dan tawakal atas musibah yang menimpa kita.
Di dalam kitab Riyadhus Shalihin (hlm 300), dijelaskan terkait dengan musibah. Bahwa jika ada seseorang yang meninggal dunia, maka anggota keluarga dibolehkan menangis dan bersedih. Tetapi tidak boleh sampai menjerit-jerit atau mengaduh yang berlebihan. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah swt tidak mengazab (mayat) disebabkan karena menangis atau hati yang bersedih, akan tetapi Allah swt mengazab (mayat) disebabkan oleh sebuah ratapan." (HR. Bukhari & Muslim).
Pengajian kitab Riyadhus Shalihin memang tidak dapat dilaksanakan secara semestinya. Namun dengan kejadian ini, kita dapat peajaran atau ibroh bahwa takdir kematian itu begitu dekat. Ajal atau takdir mati seseorang tidak dibatasi oleh umur, sakit, tua, muda, dan lain sebagainya. Kematian itu dapat datang kapan saja dan kepada siapa saja. Oleh sebab itu maka kita harus bersiap menghadapi kematian sepanjang masa. Dengan selalu melakukan kebaikan, bersikap takwa, serta bersiap sedia kapanpun kita dipanggil oleh-Nya.
Kami, para peserta pengajian, bekeyakinan bahwa pelaksanaan Ngaji Kitan Riyadhus Shalihin kali ini memiliki dampak positif terhahdap jiwa religius kami. Menambah keimanan dan ketakwaan, meskipun pelaksanaannya tidak sebagaimana mestinya. Kami berusaha mengambil nilai positif atas musibah yang terjadi kepada tuan rumah.Â