Kau dikirimi bom, tetap selamat
Kau ditembak, tetap hidup
Kau berkata kasar, tetap dianggap biasa
Kau pamer kebaikan, tetap dianggap berhati tulus
Kau ungkit pengorbanan, tetap dianggap orang ikhlas
Kau berkhianat, masih tetap dipercaya
Kau menyakiti, masih tetap dimaafkan
Kau berlaku curang, masih tetap dianggap benar
Kau menzalimi, masih tetap dianggap orang baik
Kau berintim, masih tetap dianggap suci
Kau menggores luka, mereka anggap itu hal kecil
Kau mengirim tenung, mereka anggap itu kekuatanmu
Kau membuat luka dan berdarah, mereka anggap bukan kesalahanmu
Kau berlaku tidak adil, masih tetap dianggap professional
Kau berdiam diri dari perkara kelalaian, masih tetap dianggap mutiara
Kau tidak meminta maaf atas kegalatan, Â masih tetap dianggap bijaksana
Sungguh beruntung, pemimpin curang
Kebaikanmu dimuliakan
Keburukanmu disembunyikan
Ketakutanmu dilindungi
Kesalahanmu dibenarkan
Kecuranganmu dianggap biasa
Sungguh beruntung, pemimpin zalim
Kau miliki banyak cinta dari arah manapun
Meski ada luka yang kau gores
Kau tetap dipuja-puji
Bahkan mereka tidak melihat sisi gelapmu
Kau.., tetap istimewa dihadapan mereka
Sungguh beruntung, tapi berhati-hatilah
Sebab pemilik semesta memperhitungkan setiap tingkah laku
Jangan bangga dulu atas nikmat itu
Ingatlah..!
Ada luka yang belum sembuh, karena ulahmu
Ada hutang yang belum kau lunasi
Ada janji yang kau ingkari
Ada keringat yang kau abaikan
Ada pengorbanan yang kau lupakan
Ada keuntungan yang kau ambil lebih
Ada kesepakatan yang kau langgar
Ada nama yang kau jual, tuk penuhi hasratmu
Ada kebenaran yang kau tutupi
Ada kesalahan yang tidak kau luruskan
Ada darah yang akan menuntut pertanggungjawabanmu
Kau ingat itu...?
Tuhan adalah hakim yang seadil-adilnya, sedang menantimu dipersidangan terakhir.
Roesda Leikawa
Ambon, 24 Ramadan 1443 H
Selasa, 26 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H