Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tuan Kelewatan

9 April 2021   23:40 Diperbarui: 9 April 2021   23:50 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuan..
Perkenalan kita bukan keinginanku
Semestalah yang berkehendek, mengalir apa adanya
Aku optimis akan takdir, kita dipertemukan untuk sebuah misi umat
Dan perjumpaan pertama kita bukanlah keinginanku
Aku ingat betul, engkaulah yang mencari jejak catatan itu

Tuan..
Engkau tak sebaik-baik seperti yang dunia kira
Dan aku pun tak sebaik-baik yang kau kira
Kita sama-sama bukanlah orang yang sempurna imannya
Engkau murah hati, tapi kerap juga memanfaatkanku
Dan aku naif, bermimpi meninggikanmu

Tuan..
Engkau banggakan aku pada seorang perempuan yang mengaku kekasihmu
Sebenarnya aku tak setuju
Kita sering beradu nalar karena dia, sebab ku tahu kau punya ratu di rumah
Engkau terkesan membela perempuan itu, meski dia menyerangku bertubu-tubi
Dan aku kerap kali memaafkanmu, meski engkau tidak berlaku adil

Tuan..
Tahukah engkau, sejak namaku kau sebut-sebut ditelinga kekasih gelapmu
Dia mencariku, dia menceritakan banyak hal tentang kalian
Ada rasa iba, berawai dan marah bercampur menjadi satu
Tapi, Aku membungkam mulutku sendiri atas sebuah rahasia
Karena aku menghormatimu, meski kadang kita berdebat dalam diam

Tuan..
Tahukah engkau, setiap kali kalian bersengketa
Dia lampiaskan kemarahannya padaku
Dia mengganggu arahku  dan merusak impian yang sedang dinanti banyak orang
Tapi, lagi-lagi Aku membungkam mulutku sendiri
Karena menjaga kehormatanmu dan semesta turut bersaksi

Tuan
Apa maksud hatimu memperkenalkan aku pada kekasih gelapmu
Bila pada akhirnya kau  menyalahkanku demi menjaga perasaanya
Bukankah engkau yang membuka pintu untuknya berulah
Lantas mengapa kau cambuk aku dengan kata-kata kasar
Perih tuan, perih ..!
Cobalah sesekali kau merenung,
Barangkali engkau temukan sumber kekacauan itu datang dari kehilafanmu

Tuan
Apa maksud hatimu memuji tentangku pada mereka
Bila kenyataannya, lisanmu muncrat seperti tak beradap
Bukankah engkau yang memintaku jangan mundur dari barisan perjuangan?
Lantas mengapa kau menendangku keluar dari lingkaran
Pedih tuan, pedih..!
Cobalah sesekali kau turungkan egomu
Barangkali engkau akan sadar, betapa angkuhnya tepuk dada di atas kesalahan sendiri

Tuan
Tilik hatimu
Sedang baik-baik saja?, sakitkah?, lelahkah?
Atau batinmu buram melihat yang benar dan batil
Atau jangan-jangan kau takut pada kicauan kekasih gelapmu?
Sampai kau lupa semua goresan tintaku tentangmu

Tuan..
Gerammu padaku tidak tepat
Kau kelewatan...!!

Roesda Leikawa
Morella, 9 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun