Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jumat Kelabu

6 Maret 2020   03:48 Diperbarui: 6 Maret 2020   03:43 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat aku memulai tulisan ini,
Tanganku berusaha menyusung kata menjadi kalimat
Nafasku terasa tidak beraturan, kristal-kristal bening  terus berjatuhan basahi pipi
Meski sesekali beberapa jari mengusapnya dengan penuh kelembutan
Tapi pandanganku tetap saja buram, karena gumpalan air mata menghalangi cahaya.

Saat aku membuat tulisan ini,
Hatiku mendung, ada kabut tebal yang menutupi pikiranku
Tapi aku memaksakan diri untuk menuangkannya,
Meski dada terasa sesak, semesta harus tahu dan bertanggungjawab
Atas ketidakadilan ini

Jiwaku seperti ditarik untuk menyaksikan kenyataan
Jantungku seperti diiris dengan pisau cinta palsu
Kepercayaanku seperti dicambuk dengan ikat pinggang pengkhianatan
Keikhlasanku seperti ditertawakan
Ini benar menyakiti, melukai perasaan.

Jumat kali ini,
Aku dihujani air mata
Aku merasa terhempas di karang berduri
Aku tak bisa menari di atas gelombang
Sebab kakiku gemetar dan tidak seimbang
Aku berusaha menahan emosi secara sendiri
Meski lukaku terlalu banyak

Jumat kali ini,
Aku harus bicara..
Bahwa cinta yang kutawarkan dengan tulus, dibuang olehnya
Bahwa kasih yang kurawat dengan ikhlas, diabaikan olehnya
Bahwa rindu yang kutampung dengan kejujuran, di siram ke dalam telaga

Jumat kali ini..
Aku menarik nafas berkali-kali
Dan menghembuskannya perlahan-lahan
Berharap tidak ada lisan yang kasar untuk menghujat atau saling membenarkan
Meski aku sadar percikan api kebohongan sudah lama tampak

Jumat kali ini, memang kelabu..
Sebab aku melihat cintanya hanya berpura-pura saja
Sebab dia hanya bermain hati dan tidak miliki rasa iba
Mestinya aku marah setelah mengetahui pengkhianatan berkali-kali
Mestinya aku bebaskan hati ini

Sayang.., aku belum mampu untuk melakukannya
Ingin teriak pun tak ada gunanya, sebab kasihku tulus
Biarkan gundah ini aku aduhkan pada Tuhan
Duhai Illahi Rabbi lapangkan dadaku,
Peliharalah diriku untuk tidak menyakitinya

Roesda Leikawa
Morella, Jumat 6 Maret 2020
03.26 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun