Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Money

Mantan Siswa Saya Penjual Buah

8 September 2015   11:26 Diperbarui: 8 September 2015   11:42 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi. Sumber Foto http://health.liputan6.com/read/804883/5-buah-pembakar-lemak-penurun-berat-badan"][/caption]

Sore itu sepulang kerja, tepatnya hari kamis tanggal 3 September 2015 lalu, saya menumpangi angkutan umum Hunuth jurusan Perumnas Waeheru Kecamatan Baguala Kota Ambon. Ditengah keramaian pasar dan macetnya jalan raya di depan ruko Batu Merah, spontan dua bola mata ini tertujuh pada sosok perempuan yang tak asing lagi buat saya, sedang melayani para pembeli buah, sedikit ragu-ragu meyakinkan diri sendiri, namun kenyataannya perempuan yang saya lihat itu benar adanya Erna.

Iya, dia adalah Erna mantan siswa privat saya dulu. Tahun 2007 lalu, Erna pernah mendaftarkan diri sebagai siswa kursus komputer di Puslatmi Inovasi Ambon, salah satu lembaga pusat pelatihan milik Pengurus Wilayah Muhammadiyah Maluku. Waktu itu, saya masih bertugas sebagai salah satu instruktur di lembaga tersebut, dan mendapat jatah untuk melatih beberapa siswa, salah satunya adalah Erna.

Dia adalah gadis cantik, putih, rambutnya ikal dan pirang, tidak begitu tinggi namun sedikit seksi untuk ukuran mata para lelaki, Erna bukan penduduk asli Ambon, namun pendatang dari Sulawesi, keluarganya sudah cukup lama menetap dan mencari nafkah di Maluku.

Sejak pertama kami berkenalan di kelas privat, Erna begitu antusias mengikuti proses belajar mengajar, cepat mengerti dan memahami setiap instruksi. Orangnya juga baik, sopan dan santun. Bahkan beberapa siswa lelaki menaruh perhatian untuknya. Seperti yang saya katakana diatas, Erna sedikit seksi untuk mata lelaki, baik dan juga pintar. Mungkin itu alasannya dia menjadi perhatian di kelas. Dan sudah hampir tujuh tahun kami tidak bertemu dan bersua, bahkan saya sendiri tidak tahu tempat tinggalnya dimana. Namun setelah saya melihatnya di hari itu pandangan mata saya benar berbeda dengan tampilannya yang dulu. Tapi ya sudahlah, barangkali rezkinya sudah ada disitu.

Kerasnya Kehidupan

Mungkin karena tuntutan hidup atau minimnya lowongan kerja sehingga gadis cantik itu harus menjual buah di pasar, sebenarnya tidak ada masalah, yang penting selama mencari rezki itu masih dalam jalur halal insyAllah semuanya berkah.

Namun, perlu disadari bahwa kesempurnaan fisik dan kepintaran ternyata belum tentu menjamin kehidupan ini sejahtera, karena sejatinya kita harus bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan tersebut. Kalau cantik dan pintar saja masih kurang, maka kita juga harus cerdas, membuka diri, perbanyak relasi dan kawan, dengan demikian akan ada banyak peluang dan informasi yang mudah untuk didapatkan, kalau hanya berdiam diri dan tidak aktif dengan lingkungan sosial, sudah tentu akan ketinggalan kereta. Apalagi melihat kenyataan di Negara ini, proses nepotisme sangat dijunjung tinggi, jadi kalau hanya menunggu maka bersiap-siaplah untuk tertinggal, karena seharusnya kitalah yang harus beraksi untuk mencari tahu.

Sulitnya Mendapat Pekerjaan

Sebenarnya bukan cuma Erna saja yang menjadi penjual buah setelah mengikuti kelas ketrampilan komputer, namun beberapa teman-teman kuliah saya sampai sekarang pun belum juga mendapatkan pekerjaan, dan untuk menyambung hidup, mereka mencoba dengan usaha kecil-kecilan.

Beberapa kali mengikuti seleksi CPNS tapi gagal, bahkan untuk swasta pun harus melampirkan Surat Keterangan Pengalaman Bekerja, nah kalau tidak pernah dikasih kesempatan untuk bekerja bagaimana bisa punya surat keterangan pengalaman bekerja…?? Apakah perlu membayar tanda tangan dan selembar surat..?? ataukah harus memakai IPK (indeks pendekatan keluarga). Ya beginilah kenyataanya, kita memang harus kerja keras untuk bisa sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun