Saya datang sekitar jam 09.00 pagi dan berziarah dulu sebelum melihat kondisi sekitar makam Almarhumah, termasuk musholla yang biasa digunakan peziarah dari berbagai daerah untuk singgah dan beribadah.Â
Sungguh tak menyangka ternyata ada beberapa fans berat Teh Nike yang sudah berbulan-bulan dengan ikhlas tinggal dan merawat makam dan musholla di area pemakaman almarhumah. Mereka bertiga dari lain kota, Mas Agus, dan dua temannya.Â
Mereka membersihkan kompleks makam dan area mushola yang sempat terbengkalai tak terawat dan ditumbuhi rerumputan liar. Mushola yang dibangun setahun setelah kepergian Sang Diva itu pernah dalam kondisi memprihatinkan, tidak ada air, tidak ada lampu penerangan hingga terkesan angker.Â
Meski kepergiannya sudah puluhan tahun berlalu, lewat karya dan suara khas melakonisnya menjadikannya dikenang penggemarnya hingga saat ini.Â
Seperti Mas Agus dan dua temannya adalah bagian dari para fans Teh Nike dari sekian banyak yang rela mendanai dan mendedikasikan tenaga, pikiran, dan biaya demi untuk memperbaiki mushola agar kembali bersih dan berfungsi sebagaimana mestinya agar para peziarah nyaman.Â
Apa yang dilakukan oleh para penggemar Teh Nike yang usianya rerata sudah tak muda lagi ini adalah wujud kecintaannya pada Sang Lady. Suara sendu emasnya menemani masa remaja 90'an jauh sebelum ada internet.Â
Saat saya datang ke sini seakan kembali ke masa lalu. Teringat kaset pita pertama saya miliki adalah albumnya Teh Nike. Sungguh membekas jelas dalam ingatan.Â
Di antara sederet bintang musik yang namanya melambung kala itu, sosok Nike bisa dikatakan sebagai penyanyi dengan pencapaian cemerlang. Segala penghargaan sukses ia raih dengan berbekal skill bermusik yang apik.Â
Dia melantunkan syair lagu dengan penuh penjiwaan. Makna jatuh cinta dan patah hati yang mendalam mantap ia sematkan lewat improvisasi yang tidak jarang membuat para pendengarnya merinding.Â