Terlepas dari itu, silaturahmi untuk saling bermaafan dalam momen hari raya harus memiliki makna yang hakiki. Tidak seperti orang meneguk air dengan keranjang, atau hanya sebatas tradisi dan ritual semata. Perkara maaf dan memaafkan seyogyanya menjadi persoalan hati dibanding perkara fisik.
Salaman dan sungkeman menjadi tradisi banyak keluarga di Indonesia. Namun, esensi bersalaman akan hilang jika tidak didasari dengan niat tulus untuk meluruhkan kesalahan dan saling bermaafan.
Meski ada anggota keluarga atau kerabat yang tidak bisa pulang karena pembatasan perjalanan terkait masalah pandemic, itu tidak akan menjadi halangan untuk bermaafan. Jarak tidak akan menghalau ketulusan hati untuk saling memaafkan dan bersama meraih Kemenangan.
Meski saat ini tangan kita tidak leluasa saling berjabat, namun niat bermaafan tetap tulus terucap.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1442 Hijriah.
Mohon maaf lahir dan batin.
Rury
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H